Lama Baca 5 Menit

Perusahaan Gaming China Incar Konsumen Indonesia

04 August 2021, 08:05 WIB


Perusahaan Gaming China Incar Konsumen Indonesia-Image-1

Mobile Legends Bang Bang - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami

Shanghai, Bolong.id - Bagi sebagian developer game mobile Tiongkok, angka unduhan terbesar mereka tidak berasal dari pasar domestik, melainkan ribuan mil jauhnya di Indonesia.

Data industri menunjukkan bahwa tiga game teratas di Indonesia, rumah bagi lebih dari 270 juta orang, adalah game buatan Tiongkok. Game online multipemain Mobile Legends: Bang Bang telah diunduh lebih dari 100 juta kali pada Januari tahun lalu dan masih menduduki peringkat teratas App Store iOS Apple di Indonesia. 

Dilansir dari Sixth Tone pada Senin (2/8/2021), Indonesia tidak selalu menjadi favorit bagi pembuat game di Tiongkok, yang sebagian besar memprioritaskan lokasi dengan jumlah diaspora Tionghoa yang besar  termasuk Hong Kong, Makau, Taiwan, Singapura, dan Malaysia sebagai pasar luar negeri mereka. Tetapi pembatasan terkait game yang lebih ketat di dalam negeri dan prospek pasar negara berkembang di wilayah telah mengubah strategi banyak perusahaan baru.

“Sekarang semua orang ingin pergi ke Indonesia, tetapi mereka belum memahami pasar dengan cukup baik,” kata Chang Sheng, direktur investasi luar negeri di Electronic Soul Network Company yang berbasis di Hangzhou, kepada Sixth Tone.

Bagi banyak pengusaha Tiongkok, kesibukan menjelajahi Indonesia dimulai Agustus lalu, ketika Kemenpora secara resmi mengakui e-sports. Ledakan penggunaan internet di Indonesia jumlahnya hampir dua kali lipat antara 2015 dan 2019 dan konsumen yang bersedia untuk mengeluarkan uang tidak hanya untuk game tetapi juga pembelian dalam aplikasi juga menguntungkan bagi perusahaan.

Sementara itu, meskipun game mobile telah mendapatkan popularitas besar dan menjadi industri senilai $29 miliar (Sekitar Rp 417 triliun) di Tiongkok, persetujuan peraturan yang lebih ketat menjadi penghalang bagi banyak orang. Pada bulan Maret 2018, pemerintah Tiongkok menghentikan persetujuan game baru, membuat industri game menjadi kacau balau karena ketidakpastian dan proses perizinan yang lebih ketat.

Ding Jiaqing, CEO Senligames yang berbasis di Shanghai, mengatakan ini adalah waktu yang tepat untuk memasuki pasar seperti Indonesia yang telah secara resmi mengakui sektor ini dan menampilkan populasi pecinta game yang sangat besar. Dia mendirikan perusahaannya awal tahun ini, bertujuan untuk menjadi pemain utama di Indonesia dalam game mobile dan esports.

“Jika kita pergi terlalu dini, kita berisiko berada di sana sebagai pendidik pasar, dan jika terlambat, orang lain akan mengambil kesempatannya,” katanya kepada Sixth Tone.

Senlingames berencana untuk menjelajah ke Indonesia melalui tiga sub-genre game online yaitu, aksi, kartu, dan olahraga, serta menyelenggarakan kompetisi esports untuk memperkenalkan mereknya di pasar. Tujuan jangka panjang perusahaan termasuk go public dan memantapkan dirinya sebagai merek esports top Asia Tenggara, kata Ding.

Chang, direktur investasi luar negeri di perusahaan yang berbasis di Hangzhou, mengatakan persetujuan peraturan juga jauh lebih mudah untuk mengamankan di pasar baru dan berkembang seperti Indonesia. Persaingan yang lebih sedikit berarti juga lebih murah bagi perusahaan untuk mengakuisisi pemain baru di pasar yang lebih kecil di luar Tiongkok.

Mengingat lingkungan bisnis yang relatif bebas dan basis pengguna yang menjanjikan, banyak pemain industri Tiongkok yang terkenal telah mendapatkan pijakan di Indonesia. PlayerUnknown's Battlegrounds oleh Tencent Games adalah salah satu game paling populer di Indonesia, sementara perusahaan induk TikTok, ByteDance, telah mengakuisisi Moonton Technology yang berbasis di Shanghai, pembuat Mobile Legends: Bang Bang.

Untuk saat ini, Ding mengatakan persaingan dari pemain besar bukanlah perhatian utama. Indonesia adalah salah satu negara yang paling terpukul di kawasan yang menghadapi wabah virus covid-19.

“Tantangan terbesar yang dapat diprediksi bagi kami adalah COVID-19,” katanya. “Varian Delta yang melanda Asia Tenggara akan berdampak negatif pada kegiatan promosi fisik kami. Tantangan yang dibawa oleh COVID-19 dalam mengelola tim lintas negara belum pernah terjadi sebelumnya.” (*)

Informasi Seputar Tiongkok