
Beijing, Bolong.id - Banyak cerita tentang mitos tahun ular kayu, salah satunya kisah cinta legenda ular putih dan manusia. Drama cinta ini sempat tayang di salah satu stasiun TV di indonesia pada era 90an.
Dilansir dari 人民网, orang-orang Tionghoa memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang ular dibandingkan dengan konotasi negatif yang dimiliki oleh orang-orang Barat. Ular disebut "naga kecil" di Tiongkok, sedangkan menurut mitologi kuno, pencipta manusia adalah campuran manusia dan ular.
Banyak orang di Tiongkok menganggap ular sebagai jimat keberuntungan, dan dalam legenda, ular sering dianggap sebagai makhluk yang akan membalas budi dengan memberikan kemakmuran kepada manusia.
Kisah cinta kuno antara Lady White Snake dan manusia
Legenda Ular Putih adalah legenda Tiongkok tentang kisah cinta antara Xu Xian (许仙), seorang pria, dan Bai Suzhen (白素贞), roh ular betina. Dengan sejarah yang membentang selama berabad-abad, legenda ini dianggap sebagai salah satu dari Empat Cerita Rakyat Besar Tiongkok. Lady White Snake terkenal di Tiongkok, dan kisahnya dibuat menjadi serial televisi yang sukses pada tahun 1990-an.
Versi cerita saat ini didasarkan pada "Kumpulan Cerita untuk Memperingatkan Dunia (1624)" karya penulis Tiongkok Feng Menglong yang berpengaruh, di mana seekor ular putih, yang diselamatkan oleh seorang anak gembala sapi, memutuskan untuk menjadi manusia dan membalas budi. Ular putih itu, ditemani oleh pembantunya yang berwarna biru-hijau, roh ikan, menemukan dan menikahi penyelamatnya, Xu Xian.
Nyonya Ular Putih menggunakan sihir untuk mencuri uang dari pemerintah setempat dan membantu suaminya membuka kliniknya. Mereka membantu banyak orang miskin, tetapi mereka dibenci oleh seorang biksu Buddha bernama Fahai. Fahai menipu Nyonya Ular Putih agar meminum anggur Realgar, memperlihatkan wujud ularnya dan menakuti suaminya hingga mati. Dalam kesedihan, Nyonya Ular Putih melakukan perjalanan ke dunia bawah, melawan para penjaga untuk mengambil jiwa suaminya dan membangkitkannya kembali.
Meskipun suaminya menolak, biksu itu tetap berusaha memisahkan mereka dan akhirnya membawanya ke kuilnya. Dalam kemarahannya yang histeris, Nyonya Ular Putih memanggil banjir yang mematikan. Sebagai akibat dari pelanggarannya, biksu itu akhirnya memenjarakannya di bawah Pagoda Leifeng, yang juga dikenal sebagai Menara Puncak Guntur. Dia tetap berada di bawah menara untuk waktu yang lama, tetapi dia akhirnya diizinkan untuk kembali ke keluarganya setelah putranya menjadi Zhuangyuan, gelar yang diberikan kepada sarjana yang memperoleh nilai tertinggi pada ujian Kekaisaran di Tiongkok kuno.
Berbagai versi cerita telah diwariskan selama berabad-abad. Dalam beberapa cerita, pembantu Lady White Snake awalnya adalah seekor ular hijau jantan. Setelah kalah dalam duel sihir dengan Lady White Snake, ia berubah menjadi seekor ular betina dan menjadi pembantu sehingga mereka bisa bersama selamanya.
Adaptasi cerita tersebut di televisi pada tahun 1992 menjadi sensasi besar di Tiongkok; faktanya, banyak gadis Tiongkok berpakaian seperti Nyonya Ular Putih sosok yang bagi mereka ikonik seperti putri Disney bagi rekan-rekan Barat mereka.
Pagoda Leifeng, yang konon telah menjebak Lady White Snake, masih terlihat hingga kini di Hangzhou, provinsi Zhejiang di Tiongkok timur, di sebelah Danau Barat. Pagoda ini mulai dibangun pada tahun 975 M tetapi runtuh pada tahun 1924 dan dipugar kembali pada tahun 2002. Sejak saat itu, pagoda ini telah menjadi tujuan wisata yang terkenal. Bahkan para pecinta muda masa kini berbondong-bondong mendatangi Danau Barat, tempat di mana wanita ular putih bertemu dengan kekasihnya. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement