Lama Baca 3 Menit

Legenda China: Jual Diri Demi Kubur Ayah

28 April 2022, 07:50 WIB

Legenda China: Jual Diri Demi Kubur Ayah-Image-1

Legenda Tiongkok - Image from rushidao-xinfa.com

Beijing, Bolong.id - Pada Dinasti Han (206 SM–220 M), ada seorang pria berbakti pada orang tua, yang terkenal, bermarga Dong (董) dan bernama Yong (永).

Dilansir dari qulishi.com, keluarganya sangat miskin. Setelah ayahnya meninggal, Dong Yong (董永) tidak punya uang untuk membayar pemakaman, Jadi dia harus meminjam uang dari tuan tanah untuk menguburkan ayahnya.  

Setelah pemakaman atah, Dong Yong (董永) pergi ke rumah tuan tanah si pemberi pinjaman, untuk bekerja dan membayar utangnya. Di situ ia bertemu seorang wanita cantik di jalan. 

Wanita itu menghentikan Dong Yong (董永) dan minta Dong Yong (董永) untuk menikahinya. Mungkin, wanita itu cinta pada pandangan pertama.

 Dong Yong (董永) berpikir, bahwa keluarganya miskin. Dia juga masih berutang  kepada tuan tanah. Maka, dia menolak ajakan menikah itu.  

Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak mencintai uang, tetapi hanya mencintai orang dengan karakter yang baik. 

Dong Yong (董永) tidak berdaya. Lalu, Dong membawa wanita itu ke rumah tuan tanah untuk membantu Dong bekerja. Wanita itu mau, dan membantu Dong bekerja.  

Dia bekerja menenun sutera tanpa henti siang dan malam. Dalam sebulan, dia menenun sepanjang 300 kaki, melunasi hutang tuan tanah.

Kemudian, Dong dan wanita itu meninggalkan rumah tuan tanah. Dong dan wanita berjalan bersama. Ternyata, mereka tidak menikah. Dan, tidak melanjutkan pembicaraan rencana menikah.

Saat berpisah, wanita itu mengucapkan selamat tinggal kepada Dong Yong (董永). 

Menurut legenda, wanita itu adalah Tujuh Peri di langit. Karena Dong Yong (董永) baik hati, Tujuh Peri tergerak oleh kesalehannya dan turun ke bumi untuk membantunya. 

Kisah Dong Yong (董永) dan Tujuh Peri, dalam mitos dan legenda Tiongkok kuno, tampaknya memiliki warna cinta dan legenda yang lebih kuat.

Dong Yong (董永) adalah seorang sarjana, berpegang teguh pada kemiskinan dan melakukan kesalehan berbakti yang dapat dilakukan oleh seorang sarjana miskin, yang merupakan warna idealis dari proses literasi.  

Sebagian besar sastrawan kuno tidak memiliki kelebihan lain kecuali menari dan menulis. Dong Yong (董永) bisa membaca sampai menjual tubuhnya untuk menguburkan ayahnya. (*)