ilustrasi gula darah - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Gula bukan hanya mempermanis makanan, tetapi juga merupakan bagian penting dari protein yang membentuk tubuh kita. Adam M. Brufsky menulis dalam Journal of Medical Virology bahwa mengendalikan gula darah melalui diet dan olahraga, serta mengendalikan gula darah dengan lebih baik pada pasien diabetes (terutama yang terinfeksi COVID-19), dapat membantu mengendalikan keparahan infeksi bahkan penyebarannya.
Brufsky, yang telah bekerja di bidang kanker payudara selama bertahun-tahun, dan rekannya telah mencoba menggunakan obat yang disebut hydroxychloroqui (硫酸羟基氯喹) dalam uji klinis. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sel kanker payudara pada sumsum tulang dan mencegahnya muncul kembali setelah bertahun-tahun. Dalam beberapa bulan terakhir, Anda mungkin telah mendengar banyak tentang obat antimalaria hydroxychloroquine (抗疟药羟基氯喹) yang dianjurkan untuk pengobatan COVID-19. Sejauh ini tidak ada bukti konklusif bahwa hydroxychloroquine efektif. Namun, ternyata hydroxychloroquine (抗疟药羟基氯喹) dapat menurunkan gula darah seperti halnya metformin (二甲双胍). Rekan-rekan Brufsky juga berbagi informasi bahwa banyak pasien COVID-19 mereka tidak hanya menderita diabetes, tetapi juga beberapa penderita diabetes yang tidak terdiagnosis.
Mengetahui bahwa obat tersebut berpotensi menurunkan gula darah, ditambah dengan laporan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) pada pasien dengan COVID-19, membuat saya menggabungkan keduanya untuk mencoba menjelaskan beberapa hal tentang COVID-19 dan bagaimana gula darah dapat berinteraksi dengan virus.
Tentang Gula Darah dan Bagaimana Virus Bisa Memasuki Sel Kita
Virus COVID-19 menginfeksi sel dengan menempel pada reseptor yang disebut Angiotensin Converting Enzyme atau ACE2. ACE2 dan virus membutuhkan molekul gula yang terikat dengan proteinnya agar bisa berfungsi dengan baik. Brufsky, sesuai yang dijelaskan dalam artikel Journal of Medical Virology, percaya bahwa infeksi COVID-19 dan tingkat keparahannya dipengaruhi oleh konsentrasi virus yang terglikasi dalam jaringan paru-paru dan konsentrasi reseptor ACE2 yang dilapisi gula. Sedangkan tingkat dan kontrol respons imun paru-paru tergantung pada seberapa banyak gula yang melekat pada protein virus dalam 8 hingga 10 hari setelah timbulnya gejala (mungkin juga dapat bergantung pada usia dan jenis kelamin pasien).
Para peneliti sudah mengetahui bahwa penderita diabetes lebih rentan terhadap COVID-19. Banyak dokter di Tiongkok juga mengakui bahwa mereka telah merawat banyak pasien COVID-19 yang tidak hanya menderita diabetes atau diabetes awal (pra-diabetes) namun juga banyak pasien lain yang memiliki gula darah tinggi tanpa mereka menyadarinya. Gula darah tinggi dapat meningkatkan jumlah reseptor ACE2 berlapis gula pada paru-paru penderita diabetes. Akibatnya, tidak hanya jumlah reseptor yang meningkat, melainkan jumlah gula juga turut meningkat. Hal ini membuat lebih virus lebih mudah untuk menginfeksi sel. Melalui diet atau olahraga, Anda dapat mengurangi kadar gula dalam tubuh, sehingga dalam tubuh Anda akan ada lebih sedikit reseptor ACE2 maupun gula pada masing-masing reseptor ACE2 maka demikian dapat mengurangi jumlah virus yang masuk ke dalam sel.
Advertisement