Kapal perang AS - Image from Internet
Bolong.id - Hubungan China dan Amerika Serikat di Laut China Selatan (LCS) kembali memanas. Pada Jumat (5/2/2021), China memperingatkan kapal perang AS yang berlayar di dekat pulau-pulau perairan LCS.
"(Kapal AS, USS John S. McCain) masuk ke perairan teritorial Xisha China tanpa izin dari pemerintah China," kata militer Beijing dalam sebuah pernyataan, menggunakan namanya untuk Kepulauan Paracel yang disengketakan, dilansir dari AFP, Jumat (5/2).
"(Tentara Pembebasan Rakyat) mengorganisir angkatan laut dan udara untuk melacak, memantau dan memperingatkan (kapal perang itu)," kata militer China.
Mereka mengecam AS karena "secara serius melanggar kedaulatan China" dan "merusak perdamaian regional".
Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke pada Kamis (4/2/2021) juga melakukan transit rutin melalui jalur air yang memisahkan daratan China dan Taiwan, yang menurut Beijing merupakan bagian dari wilayahnya.
Washington berpendapat bahwa latihan semacam itu sejalan dengan hukum internasional dan membantu membela hak lintas wilayah di tengah persaingan klaim oleh China dan pemerintah lain. Namun China mengklaim hampir semua wilayah LCS, termasuk Kepulauan Paracel.
Beberapa negara seperti Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam juga mengklaim bagian dari wilayah tersebut, yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang berharga. Namun China malah membangun terumbu karang menjadi pulau-pulau buatan yang mampu menampung pesawat militer.
Angkatan Laut AS pada akhir Januari 2021 mengirim kelompok kapal induk ke LCS untuk melakukan "latihan kebebasan navigasi", operasi rutin pertamanya di wilayah tersebut di bawah pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Di sisi lain, China telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi terhadap Taiwan sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen 2016, yang menolak menerima sikap Beijing bahwa pulau itu adalah bagian dari "satu China".
Pemerintahan baru AS telah menyatakan komitmennya ke Taiwan, dengan para pejabat di Washington memberi isyarat bahwa mereka tidak akan mentolerir setiap langkah ekspansionis oleh Pemerintah China. (*)