Lama Baca 5 Menit

Bincang-bincang Santai Tim Bolong.id Dengan Zilvia Iskandar

13 August 2021, 17:26 WIB

Bincang-bincang Santai Tim Bolong.id Dengan Zilvia Iskandar-Image-1

Wawancara Bolong.id dengan Zilvia Iskandar - Image from Bolong.id

Jakarta, Bolong.id - Pada Kamis lalu (12/08/2021), Bolong.id berkesempatan mewawancarai presenter berita di stasiun televisi Metro TV, Zilvia Iskandar. Ia adalah seorang jurnalis keturunan Tionghoa yang sudah mulai berkarir di Metro TV sejak 2012 hingga kini.

Saat ini, Zilvia Iskandar membawakan berbagai program unggulan Metro TV seperti Metro Hari Ini, Primetime News, dan Prime Talk. Selain itu, ia juga sudah meraih banyak prestasi selama 9 tahun berkarir. Pada tahun 2017, ia meraih penghargaan pada ajang Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia 2017 sebagai Presenter Terbaik.

Wawancara eksklusifnya dengan mantan Ketua KPK, Antasari Azhar dengan topik “Antasari Bicara” pada program Metro Pagi Primetime juga berhasil meraih penghargaan. Pada tahun 2019, Zilvia masuk dalam nominasi Best Current Affairs Presenter di Asian Television Awards 2019. Kemudian di akhir tahun 2020, Zilvia juga berkesempatan mewawancarai Presiden RI Joko Widodo secara one-on-one di Istana Negara.

Pada kesempatan kali ini, Bolong.id berdialog dengan Zilvia Iskandar mengenai peran profesi jurnalis dalam berkontribusi bagi Indonesia.

Menurut Zilvia, pada era modern dan digital ini sudah banyak sekali orang di berbagai platform lain yang melakukan wawancara sendiri sehingga ada banyak prediksi bahwa audiens televisi akan berkurang. Namun bagi Zilvia, ia melihat ini sebagai tantangan untuk menjadi lebih kreatif, menyesuaikan kondisi dengan audiens dan digital sekarang, serta membantunya untuk tidak lengah di tengah kompetisi ini.

Meski demikian, sekadar menginformasikan saja tidak cukup. Zilvia mengatakan bahwa yang membedakan pekerjaan jurnalis atau presenter berita dengan yang lainnya adalah adanya tanggung jawab dan beban moral besar dalam menyampaikan informasi, pertanyaan, atau pun pendapat, karena terikat juga dengan kode etik jurnalistik. Seorang jurnalis harus pintar dalam memahami psikologi masyarakat untuk mengetahui apa sebenarnya harapan dan pertanyaan dari masyarakat sehingga segala pernyataan yang diucapkan dapat mewakili masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi atau institusi.

Zilvia lanjut mengatakan bahwa untuk mengubah Indonesia dengan profesi ini, tidak cukup dengan menginformasikan saja. Kredibilitas dan rasa percaya dari masyarakat juga diperlukan agar perubahan bisa dilakukan. Dengan masyarakat percaya dengan kita, maka mereka juga akan membantu kita dengan menyebarkan informasi-informasi yang benar.

Bagi Zilvia, pekerjaan seorang jurnalis sangat bermakna dan membuat dia merasa hidup. Dengan menjadi seorang jurnalis, ia bisa menjadi jembatan antara masyarakat antara dengan pemerintah. Menurutnya, pekerjaannya ini sangat bermanfaat bagi orang lain dan memiliki dampak juga bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah ketika ia meliput calon jamaah umroh yang ditipu oleh agen travelnya sehingga gagal umroh dan ternyata ada penonton yang terketuk hatinya dan menghubungi Metro TV karena ingin membantu. Pada akhirnya, calon jamaah umroh itu pun berhasil pergi umroh dengan gratis.

“Karena ada bagian dalam diri saya yang ingin berkontribusi, bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dengan jalur ini. Saya merasa ini jalur yang tepat untuk saya untuk bisa sedikit banyak membantu Indonesia.” ucap Zilvia ketika menjelaskan mengapa ia bisa berkarir selama 9 tahun menjadi seorang presenter berita di Metro TV. Dengan memberi andil sebagai jurnalis, menurut Zilvia ini sudah cukup untuk bisa membantu masyarakat dalam menjembatani mereka dengan pemerintah. Tugas seorang jurnalis adalah untuk menjadi orang yang menceritakan kejadian yang terjadi pada masyarakat ke pemerintah, serta menjadi penilai dan pengawas bagi masyarakat.

Ketika ditanya apa mimpi terbesar Zilvia Iskandar untuk Indonesia, ia menjelaskan bahwa ia sangat berharap semua masyarakat Indonesia tidak lagi memandang orang dari warna kulit, ras, suku, agama dan sangat berharap SARA tidak lagi menjadi isu di Indonesia. Zilvia sangat berharap di hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-76 nanti, kita bisa lebih dewasa dan tidak mudah terprovokasi ketika ada segelintir orang yang menggunakan SARA sebagai komoditas untuk kepentingan masing-masing. Menurutnya, toleransi adalah PR besar bagi Indonesia yang masih harus diperjuangkan.

Di akhir wawancara, Zilvia pun mengucapkan dirgahayu bagi Indonesia untuk ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-76 pada tanggal 17 Agustus 2021 nanti.(*)


Informasi Seputar Tiongkok