Lama Baca 5 Menit

Kekhawatiran Rumah Sakit di Korea Selatan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

30 August 2020, 01:32 WIB

Kekhawatiran Rumah Sakit di Korea Selatan Akibat Lonjakan Kasus COVID-19-Image-1

Lonjakan Kasus COVID-19 di Korea Selatan Sampai Bikin Khawatir - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Seoul, Bolong.id - Korea Selatan mencatatkan kenaikan kasus COVID-19 hingga tiga digit selama 16 hari berturut-turut pada hari Sabtu (29/8/2020) kemarin. Ini tentu saja memperpanjang gelombang kedua pandemi COVID-19 yang terjadi di negara tersebut, sembari memperburuk kekhawatiran tentang kekurangan tempat tidur rumah sakit di Seoul.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (Korea Centers for Disease Control and Prevention; KCDC) mencatat sebanyak 308 kasus baru pada Jumat (28/8/2020) tengah malam waktu setempat, sebagian besar terjadi di ibukota dan daerah sekitarnya.

Wabah terus merebak di gereja, kantor, panti jompo, dan fasilitas medis, bahkan setelah pejabat memperketat aturan jaga jarak sosial.

Lonjakan kasus telah menggunakan hampir semua fasilitas rumah sakit. Yoon Tae-ho, direktur jenderal kebijakan kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan pada hari Sabtu (28/8/2020) melaporkan bahwa hanya terdapat 15 tempat tidur atau 4,5% dari kapasitas rumah sakit di Seoul yang tersedia khusus untuk pasien kritis pada hari Jumat (28/8/2020), turun dari yang sebelumnya 22% pada minggu sebelumnya.

“Tapi kami akan memiliki sedikit lebih banyak ruang segera karena lebih banyak orang yang akan diperbolehkan keluar dari rumah sakit,” tambahnya, dilansir dari laman Reuters.

KCDC mengatakan bahwa lebih dari 1.000 kasus telah terlacak ke Gereja Sarang Jeil di Seoul, yang berada di pusat gelombang baru infeksi COVID-19. Wabah gereja tersebut menyebabkan setidaknya 25 klaster baru dan lebih dari 300 orang yang bergabung dalam protes anti-pemerintah bulan Agustus ini bersama dengan anggota gereja sejauh ini dinyatakan positif.

Kebangkitan kasus telah membuat total kasus COVID-19 yang dilaporkan di negara itu menjadi 19.400, termasuk 321 kematian. 

Sementara itu, penanganan infeksi gelombang kedua telah diperumit oleh pemogokan yang sedang terjadi dari hampir 16.000 dokter magang dan dokter residen di sana. Petugas medis keluar pada 21 Agustus 2020 dalam perselisihan mengenai rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah dokter guna menangani krisis kesehatan seperti COVID-19 secara lebih baik.

Kementerian Kesehatan Korea Selatan awal pekan ini mengajukan pengaduan polisi terhadap setidaknya 10 dokter dan memperpanjang perintah kembali bekerja untuk para dokter yang merupakan tulang punggung layanan kesehatan di ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif.

Para dokter yang mogok telah menjadi sukarelawan di pusat pengujian sementara untuk membantu mengatasi wabah, tetapi rumah sakit besar telah melaporkan penundaan dan gangguan sejak pemogokan mereka.

"Dokter harus berada di sisi pasien karena kami menghadapi kemungkinan penularan COVID-19 secara nasional," kata Yoon pada hari Sabtu (28/8/2020). Ia juga menambahkan, "Kami berdiri di garis pertahanan terakhir untuk menenangkan penyebaran di wilayah metropolitan Seoul dan jika kami gagal melakukannya, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah meningkatkan aturan jaga jarak ke tingkat tertinggi."

Pemerintah Korea Selatan mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Jumat (28/8/2020) lalu dengan membatasi operasional restoran di daerah ibukota.

Selama seminggu yang dimulai hari Minggu (30/8/2020), makan di restoran, pub, dan toko roti di area Seoul akan dilarang setelah jam 9 malam, sementara kedai kopi, beberapa di antaranya telah diidentifikasi sebagai hotspot penyebaran COVID-19, sehingga dilakukan pembatasan layanan menjadi take out atau delivery. Gereja, klub malam, gym, dan sebagian besar sekolah di area tersebut telah ditutup, dan masker wajib dipakai saat berada di tempat umum.