Lama Baca 3 Menit

Perbedaan 2 Macam Tes PCR, Salah Satunya Tampilkan CT Value Sangat Rendah

17 September 2021, 07:44 WIB

Perbedaan 2 Macam Tes PCR, Salah Satunya Tampilkan CT Value Sangat Rendah-Image-1

Ilustrasi Tes PCR - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Hasil pemeriksaan Cycle Threshold (CT) value dari tes polymerase chain reaction (PCR) seringkali dijadikan tolok ukur dari sebaran virus corona yang ada dalam tubuh pasien. CT value sendiri adalah banyaknya jumlah siklus yang dihasilkan dalam pencarian materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien COVID-19. CT value pun berbanding terbalik dengan konsentrasi genetik virus. Artinya, semakin tinggi CT value, maka semakin rendah kemungkinan virus untuk menyebabkan infeksi.

Namun, bagaimana jika seorang pasien Covid-19 menunjukkan nilai sangat rendah seperti yang terjadi pada seorang pasien di Surabaya yang baru-baru ini ditemukan CT valuenya berada di angka 1,8?

Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan angka tersebut dihasilkan karena pasien dites menggunakan metode iiPCR. 

Menurutnya, Tes PCR memang terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah RT-PCR (reverse transcription PCR) dan iiPCR (insulated isothermal PCR).

RT-PCR dan iiPCR pada dasarnya mendeteksi virus corona dengan cara yang sama, yakni dengan cara memperbanyak gen target pada waktu tertentu. Namun teknik spesifik yang digunakan pada kedua pemeriksaan ini berbeda.

Ahli Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta, Ahmad Rusdan Utomo, menjelaskan, Pada RT-PCR, proses amplifikasi gen target dengan siklus dilakukan berulang-ulang dan menempuh tiga tahap pemanasan. Proses itu dilakukan sehingga ditemukan jumlah siklus yang diperlukan untuk mendeteksi produk penggandaan materi genetik.

"PCR biasa sistem pemanasannya tiga tahap yang diulang siklusnya, umumnya suhu tinggi 95 celcius, lalu diturunkan ke 65 celcius, lalu terakhir 72 celcius masing-masing 30 detik. Dan dilakukan berulang siklusnya," ujar Ahmad kepada CNNIndonesia.com.

Di lain sisi, temperatur pada tes iiPCR cenderung bersifat konstan (isothermal). Tes iiPCR menggunakan tabung kapiler khusus dari tembaga dengan proses insulasi sehingga pemanasan suhu berada di dasar tabung.

"Berdasarkan prinsip konveksi, suhu di tabung bagian atas akan lebih rendah. Jadi proses penggandaan materi genetik tidak perlu mengganti suhu berkali2, cukup pemanasan satu kali di tabung bagian bawah sehingga disebut isothermal," papar Ahmad.