Lama Baca 4 Menit

Klaim Yan Limeng tentang COVID-19 Ternyata Hoaks

20 September 2020, 14:08 WIB

Klaim Yan Limeng tentang COVID-19 Ternyata Hoaks-Image-1

Yan Limeng - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Video wawancara Fox News Tucker Carlson Tonight pada Selasa (15/9/2020) lalu mewawancarai virolog Tiongkok, Yan Limeng (闫丽梦), jadi viral dan telah ditonton lebih dari 478 ribu kali di Instagram.

Yan menunjukkan bahwa dirinya adalah anggota staf di School of Public Health, University of Hong Kong. Ia mengklaim bahwa COVID-19 tidak terjadi secara alami di alam, namun merupakan virus buatan manusia di laboratorium. 

Dr Yan mengklaim tentang asal-usul COVID-19 dalam sebuah studi bersama tiga rekan lainnya yang tampaknya berafiliasi dengan Rule of Law Society, sebuah kelompok yang didirikan oleh mantan penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump, Steven Bannon. Demikian dilansir dari independent.co.uk, Sabtu (19/9/2020).

Dalam studi berjudul 'Unusual Features of the SARS-CoV-2 Genome Suggesting Sophisticated Laboratory Modification Rather Than Natural Evolution and Delineation of Its Probable Synthetic Route' tersebut, dituliskan bahwa SARS-CoV-2 menunjukkan karakteristik biologis yang tidak sejalan dengan virus yang muncul secara alami.

Tetapi, klaim tersebut kemungkinan besar adalah hoaks. Hal ini dibuktikan dengan beberapa tindakan yang diambil beberapa sosial media yang digunakan secara luas di seluruh dunia. Dilansir dari Tempo, Sabtu (19/9/2020), Facebook dan Instagram memperingatkan kepada penggunanya mengenai video wawancara tersebut. 

Keduanya menyebutkan bahwa isi wawancara tentang COVID-19 mungkin dari laboratorium militer di Tiongkok itu kemudian dilabeli memuat informasi yang salah setelah melalui proses pemeriksaan fakta independen. 

Berbeda dari Facebook dan Instagram, Twitter memutuskan tak 'menyentuh' peredaran video yang sama di platformnya, namun Twitter telah menangguhkan akun Yan Limeng.

Di sisi lain, otoritas Tiongkok dan juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) senada membantah teori Yan tersebut. Keduanya secara konsisten menyatakan COVID-19 melakukan lompatan dari inang hewan ke manusia. Keyakinan tersebut juga didukung oleh laporan hasil penelitian yang dipublikasikan Nature Medicine pada Maret lalu. 

"Dengan membandingkan data urutan genom jenis-jenis virus corona yang sudah diketahui, kami dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," ujar Kristian Andersen, profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research Institute di La Jolla, California, Amerika Serikat.

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, juga meragukan teori virus tersebut merupakan buatan manusia. Pada Mei 2020, Fauci mengatakan bahwa fakta evolusi virus pada kelelawar sangat condong ke arah virus, dan tidak mungkin sengaja dimanipulasi. "Cara mutasinya telah berevolusi secara alami," ungkap penasihat COVID-19 Gedung Putih tersebut. (*)