Larangan pada Kapas Xinjiang Tiongkok Tidak Mungkin Diterapkan - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Washington, Bolong.id - Produsen pakaian Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada anggota parlemen pada Kamis (17/9/2020), bahwa larangan AS impor kapas dari Xinjiang Tiongkok karena kekhawatiran kerja paksa, akan mendatangkan malapetaka pada rantai pasokan industri.
Stephen Lamar, presiden American Apparel and Footwear Association, mengatakan industrinya bekerja keras untuk membasmi produk yang dibuat dengan kerja paksa dari rantai pasokannya, tetapi Xinjiang merupakan tantangan yang unik, dilansir dari Reuters, Jumat (18/9/2020).
Larangan impor menyeluruh untuk semua kapas dari Xinjiang seperti yang diusulkan pada awal bulan September ini tidak akan mungkin diterapkan, seperti halnya undang-undang yang melarang impor semua produk dari Xinjiang, kecuali terbukti bebas dari kerja paksa, kata Lamar pada sidang sub-komite perdagangan AS.
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada hari Senin (14/9/2020) lalu mengumumkan lima Perintah Pelepasan Penahanan atau Withhold Release Orders (WRO) yang melarang impor dari produsen kapas, tekstil, pakaian jadi, produk rambut, dan komponen komputer tertentu dari Xinjiang, tetapi tidak mengusulkan larangan keseluruhan pada semua kapas dan tomat dari wilayah tersebut.
"WRO atau undang-undang semacam itu tidak diragukan lagi akan menjadi berita utama, tetapi mereka akan mendatangkan malapetaka pada hak asasi manusia, pembangunan ekonomi, dan rantai pasokan yang sah, mereka sendiri sudah dilanda COVID-19 di seluruh dunia," pungkas Lamar.
"Sebagai negara, kami tidak memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menerapkan atau mematuhi atau menegakkan WRO menyeluruh atau undang-undang yang diusulkan sekarang."
Dia mengatakan Xinjiang memproduksi sekitar 20% dari semua kapas yang dikonsumsi di dunia, dan serat dari wilayah tersebut sering bercampur dengan kapas yang ditanam di Amerika Serikat dan di tempat lain. Kapas Xinjiang juga diekspor ke negara-negara penghasil pakaian jadi lainnya, termasuk Bangladesh, Vietnam, Kamboja, dan Indonesia, sementara tidak ada teknologi yang tersedia untuk melacak asal kapas dengan akurasi yang tepat.