Saham SMIC Anjlok Setelah Berita AS Bakal Terapkan Pembatasan - gambar diambil dari internet, segala keluhan mnegenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Hong Kong, Bolong.id - Saham SMIC Tiongkok turun lebih dari seperlimanya pada hari Senin (7/9/2020) setelah berita tentang potensi sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap pembuat chip tersebut mencuat ke publik. Kabar tersebut menghapus sekitar HK $31 miliar (sekitar Rp59 triliun) dari nilai pasar SMIC dan mendorong para analis untuk memprediksi malapetaka akan terjadi jika larangan dari AS tersebut benar-benar diterapkan.
Pada hari Jumat (4/9/2020), Departemen Pertahanan AS dikabarkan akan memblokir perusahaan Amerika untuk menyediakan barang dan jasa ke SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corp), pembuat chip terbesar di Tiongkok.
Jika hal tersebut direalisasikan, maka akan bisa menghancurkan harapan terbaik Tiongkok untuk mengembangkan industri semikonduktor mandiri melalui SMIC dan selanjutnya meningkatkan perselisihan Tiongkok-AS yang melibatkan perdagangan dan teknologi, ungkap para analis, dilansir dari Reuters, Selasa (8/9/2020).
“Perusahaan bisa bangkrut dalam beberapa tahun,” kata Mark Li yang melacak industri chip Tiongkok di Bernstein Research.
Akibat berita tersebut, saham SMIC di Hong Kong turun lebih dari 22% dan ditutup pada HK $18,24 atau sekitar Rp34,7 ribu. Di Shanghai yang mana SMIC berhasil mengumpulkan AS $6,6 miliar (sekitar Rp97,63 triliun) dalam pencatatan sekunder di bulan Juli 2020, sahamnya pun mengalami penurunan sebanyak 11% dan ditutup pada 58,8 yuan atau sekitar Rp120 ribu.
SMIC mengandalkan sejumlah perusahaan yang berbasis di AS, seperti Applied Materials untuk mendapatkan peralatan produksi utama. Perusahaan riset Jefferies memperkirakan bahwa sekitar setengah dari pemasok SMIC adalah orang Amerika. Sementara itu, kini Amerika Serikat sedang menyelidiki dugaan hubungan antara SMIC dan Tentara Pembebasan Rakyat di Tiongkok, meski pihak SMIC menyangkal dugaan tersebut dan mengatakan perusahaannya tidak ada hubungan dengan militer Tiongkok.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian (赵立坚), pada konferensi media di hari Senin (7/9/2020), menyebut potensi pembatasan AS tersebut sebagai tindakan "penindasan yang ceroboh".
“Untuk beberapa waktu, AS telah memperluas konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kekuatan nasional untuk mengambil berbagai tindakan terhadap perusahaan Tiongkok tanpa alasan apa pun. Ini adalah praktik intimidasi yang terang-terangan dan kami dengan tegas menentangnya,” tambah Zhao.
Sanksi potensial menggemakan sanksi yang telah diberlakukan oleh Amerika Serikat pada Huawei Technologies yang mana melarang perusahaan AS untuk menjual produk dan teknologi kepada Huawei. Pembatasan tersebut membuat Huawei harus menutup divisi chipnya yang dulu menjanjikan dan menekan penjualan smartphone di luar negeri.
Advertisement