Lama Baca 4 Menit

Vaksin COVID-19 Dibahas Intensif, 9 dari 40 Juta Kasus Infeksi Berulang

26 October 2020, 11:49 WIB

Vaksin COVID-19 Dibahas Intensif, 9 dari 40 Juta Kasus Infeksi Berulang-Image-1

Opsi Vaksin COVID-19 Tengah Dibahas - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Shanghai, Bolong.id - Mengembangkan vaksin dan obat-obatan COVID-19 yang efektif harus menjadi fokus diskusi ilmiah, kata seorang ahli penyakit menular terkemuka di Shanghai, Zhang Wenhong 张文宏 selama Forum Inovasi Pujiang 2020.

Hanya sembilan orang di antara 40 juta kasus COVID-19 se-dunia yang ditemukan terinfeksi untuk kedua kalinya, terang Zhang Wenhong, pemimpin tim ahli Shanghai dalam pengobatan klinis kasus COVID-19, dilansir dari China Daily, Minggu (25/10/2020).

Menurut Zhang, penyebab infeksi kedua kemungkinan karena urutan virus atau karakteristik kekebalan pasien itu sendiri. "Berkat upaya para ilmuwan dan pekerja medis dunia, kami menunggu terapi efektif yang mampu mengurangi angka kematian pasien parah dan berfungsi sebagai vaksin efektif untuk melindungi kelompok rentan," pungkas Zhang.

Dia menambahkan bahwa pencegahan dan pengendalian gelombang pertama penyebaran dan penularan COVID-19 di Tiongkok relatif berhasil. Fokus negara itu sekarang terletak pada memerangi kasus-kasus impor. Zhang optimistis dengan kemampuan Tiongkok dalam mencegah penyebaran virus dari kasus impor.

"Namun, bagaimana pandemi pada akhirnya akan berkembang tergantung pada seberapa baik hal itu dapat dikendalikan di seluruh dunia. Pandemi tidak akan pernah berakhir jika tingkat pengendaliannya belum ideal, baik domestik dan luar negeri," ujarnya, seraya menambahkan bahwa tugas utama dunia saat ini adalah memecahkan ketimpangan pengendalian pandemi antar negara melalui kolaborasi internasional dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Chen Kaixian, seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan ahli dalam penelitian obat baru, mengatakan bahwa negara-negara harus memperkuat pertukaran dan kolaborasi bersama dalam penelitian mereka tentang vaksin dan obat-obatan.

“Penerbitan cepat dan berbagi dengan para ilmuwan di seluruh dunia tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan subjek seperti pengurutan genom virus dan protein virus akan menjadi penting untuk kemajuan penelitian terkait vaksin dan obat-obatan (COVID-19),” katanya.

Di Chengdu, provinsi Sichuan, otoritas kesehatan distrik baru-baru ini menyelenggarakan survei untuk menilai kesediaan penduduk dalam menerima vaksin COVID-19, menurut The Paper, portal berita daring yang berbasis di Shanghai.

Di lain sisi, Hu Rong, dari dinas kesehatan kabupaten, mengatakan bahwa vaksin COVID-19 belum tiba, dan waktu kedatangannya masih tidak diketahui. "Tapi yang bekerja di bea cukai dan hotel karantina serta orang yang akan pergi ke luar negeri akan mendapat vaksin terlebih dahulu," terangnya.

Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, mengatakan bahwa kemungkinan terinfeksi di antara populasi umum relatif kecil di negara itu pada saat ini.

“Vaksinasi COVID-19 pertama-tama harus diberikan kepada pekerja di garda terdepan untuk mencegah penyebaran penularan dari luar negeri, termasuk mereka yang bekerja di bea cukai, penyeberangan perbatasan, departemen medis dan pencegahan epidemi,” kata Wu, menambahkan bahwa mereka yang mungkin memiliki tingkat kematian lebih tinggi setelah terinfeksi, seperti orang tua dan orang dengan penyakit bawaan, juga harus dipertimbangkan. “Jika kedua kelompok ini dapat dilindungi, pada dasarnya vaksin dapat memenuhi harapan kami untuk pengendalian pandemi,” tutupnya.