Lama Baca 3 Menit

Rencana Vaksinasi Massal Indonesia Ditunda Tahun Depan

18 November 2020, 12:50 WIB

Rencana Vaksinasi Massal Indonesia Ditunda Tahun Depan-Image-1

Rencana Vaksinasi Massal Indonesia Ditunda - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Keinginan Presiden Indonesia Joko Widodo vaksinasi massal pada Desember 2020 tertunda, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan tidak dapat memberikan otorisasi darurat hingga akhir Januari karena data yang tidak lengkap.

Dalam sebuah wawancara minggu lalu, presiden Indonesia ini mengatakan kepada Reuters bahwa Indonesia bertujuan untuk memulai vaksinasi massal bagi staf medis dan pekerja di garda terdepan lainnya bulan depan sebagai upaya untuk menekan beban kasus COVID-19 yang melonjak dan mendukung ekonomi yang terpukul, dilansir dari Reuters, Rabu (18/11/2020).

Rencananya, sejumlah calon vaksin yang akan digunakan salah satunya diproduksi oleh Sinovac yang telah melakukan uji klinis di Indonesia. Uji klinis perusahaan Tiongkok ini juga sedang berlangsung di Brasil.

Penny K. Lukito, Kepala BPOM, mengatakan dalam sidang parlemen pada hari Selasa (16/11/2020) bahwa timeline Desember tidak dapat dicapai karena data dari Brasil dan Sinovac tidak akan tersedia tepat waktu. “Tidak mungkin kami dapat mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat pada Desember 2020,” katanya, seraya menambahkan bahwa otorisasi tersebut dapat diberikan pada minggu ketiga atau keempat Januari 2021, sambil menunggu analisis data sementara dari uji klinis vaksin.

Budi Gunadi Sadikin, ketua komite pemulihan ekonomi nasional pemerintah, mengatakan pada sidang yang sama bahwa Indonesia membutuhkan 246 juta dosis vaksin untuk 270 juta penduduknya.

Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dan kini memiliki jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia juga telah melaporkan lonjakan infeksi baru-baru ini setelah tingkat infeksi tidak berubah dan terus naik.

Indonesia telah mencatat 15.390 kematian terkait dengan COVID-19 dan 474.400 infeksi, meskipun beberapa ahli kesehatan memperingatkan bahwa tingkat pengujian yang rendah menutupi tingkat penyebaran sebenarnya.