
Para murid Sekolah Dasar Eksperimental No. 2 Beijing mengikuti kegiatan olahraga. (Xinhua)
oleh jurnalis olahraga Li Chunyu, Li Li, dan Ding Wenxian
BEIJING, 22 September (Xinhua) -- Pada semester musim gugur ini, guru olahraga Yang Hu dan istrinya Yu Xiaona telah menyiapkan kegiatan istimewa untuk para murid di Sekolah Dasar Wanjia, Kota Ordos, Daerah Otonom Mongolia Dalam, China utara, yaitu rutinitas lompat tali diiringi lagu tema film animasi China populer, "Nobody".
"Film tersebut menjadi viral di kalangan anak-anak pada musim panas ini, jadi kami merancang rutinitas lompat tali baru untuk para murid di semester baru ini," jelas Yang.
Dengan bantuan istrinya, Yu, guru tari di sekolah dasar tersebut, Yang menggabungkan tari daerah Mongolia dengan lompat tali untuk menarik partisipasi lebih banyak murid. "Lompat tali dapat meningkatkan koordinasi fisik dan kebugaran mereka, yang dapat menjadi kebiasaan seumur hidup," kata Yang.
Di Shantou, Provinsi Guangdong, China selatan, olahraga di lingkungan sekolah juga menyelipkan unsur budaya. Di bawah bimbingan seorang pelatih kung fu, para pelajar belajar mempertunjukkan seni bela diri sesuai irama tari kipas.

Para murid di Sekolah Guangsha di Shantou, Provinsi Guangdong, China selatan, belajar mempertunjukkan seni bela diri sambil mengikuti irama tari kipas. (Dokumen via Xinhua)
"Kung fu sangat menyenangkan," kata Chen Sinuo, seorang murid di Sekolah Guangsha di Shantou, yang menyukai tari kipas dan selalu memamerkan gerakan tersebut kepada orang tuanya sepulang sekolah.
Zhao Anrong, direktur pendidikan jasmani di Sekolah Guangsha, mengatakan, "Kami ingin membuat olahraga lebih menarik sambil meneruskan tradisi budaya dan membantu murid mengembangkan berbagai kualitas seperti konsentrasi, ketekunan, dan kerendahan hati."
Kini, banyak sekolah di China tidak hanya menambahkan unsur tradisional ke dalam olahraga, tetapi juga memperkenalkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan peralatan canggih ke dalam olahraga di lingkungan sekolah.
Di wilayah Xingye, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, murid kelas enam Tan Jintuan berdiri di depan layar peralatan olahraga berbasis AI. Setelah melewati proses pengenalan wajah, Tan mengangkat tangannya sebagai sinyal untuk memulai latihan.
Peralatan olahraga AI mencakup cabang-cabang seperti lompat jauh, lompat tali, dan juga sit-up, yang dapat langsung merekam lintasan gerakan murid, menilai performa mereka, serta memberikan laporan dengan rekomendasi latihan.
"Setelah menyelesaikan lompatan, saya bisa melihat skor dan peringkat saya. Saat melihat ada peningkatan, saya benar-benar ingin mencobanya lagi," ungkap Tan. "Dengan peralatan baru ini, kami semakin menikmati olahraga dan penuh semangat untuk saling berkompetisi."
AI telah terintegrasi secara mendalam ke dalam olahraga di lingkungan sekolah. Di Sekolah Huaze di Changchun, Provinsi Jilin, China timur laut, sebuah layar besar menampilkan jumlah peserta aktivitas olahraga di sekolah secara waktu nyata, berikut rata-rata durasi dan intensitas latihan mereka.

Dengan bantuan peralatan AI, para murid di wilayah Xingye, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, berlatih lompat jauh di sekolah. (Xinhua)
Sistem AI melakukan analisis statistik aktivitas olahraga di sekolah melalui kamera dan perangkat deteksi lainnya. Wang Yu, wakil kepala sekolah Huaze, mengatakan, "AI memberikan dukungan data yang besar. Berdasarkan data itu, kami dapat mengetahui preferensi murid untuk mengoptimalkan mata pelajaran pendidikan jasmani dan layanan setelah sekolah."
Mulai semester gugur ini, sekolah dasar di Provinsi Jiangsu, China timur, akan menyelenggarakan satu jam pelajaran pendidikan jasmani setiap hari, sementara sekolah menengah pertama akan melakukan uji coba satu jam pelajaran pendidikan jasmani per harinya.
Untuk mengatasi kekurangan guru pendidikan jasmani, Zona Pengembangan Ekonomi Kota Wuxi, Provinsi Jiangsu, merekrut guru pendidikan jasmani penuh waktu dan paruh waktu, serta orang tua yang memiliki latar belakang olahraga profesional. Sekolah-sekolah juga memperkuat pelatihan bagi semua guru dalam hal kebugaran fisik, keselamatan, dan keterampilan olahraga.
Di Beijing, langkah-langkah pendukung seperti memperpanjang jeda antar mata pelajaran dari 10 menit menjadi 15 menit dan menggelar kompetisi olahraga antar kelas terbukti efektif selama setahun terakhir.
"Aktivitas olahraga tidak dapat dipisahkan dari pendidikan murid. Selama kegiatan itu, murid dapat menyadari apa kelebihan mereka dan area mana yang perlu ditingkatkan. Kami akan terus melakukan reformasi pada olahraga di lingkungan sekolah demi perkembangan anak-anak secara menyeluruh," kata Lu Yongli, Kepala Sekolah Dasar Eksperimental No.2 Beijing. Selesai
Advertisement
