Beijing, Bolong.id - Perekonomian Tiongkok tampaknya masih menghadapi tantangan dalam proses pemulihan hingga awal Maret 2024, meskipun ada beberapa indikasi positif adanya perbaikan.
Dilansir dari BBC中文 Rabu (13/3/2024), meskipun pemerintah Tiongkok telah menerapkan serangkaian kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi, masih ada beberapa hambatan yang harus diatasi.
Pada pertemuan bulan Februari, bank sentral Tiongkok (People's Bank of China/PBoC) telah memangkas salah satu suku bunga acuan pinjamannya, yaitu Loan Prime Rate (LPR) dengan tenor 5 tahun, dari 4,2% menjadi 3,95%.
Pemotongan suku bunga yang signifikan ini melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan antara lima hingga 15 basis poin menurut jajak pendapat ekonom Reuters.
Hal ini menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak Juni, di mana sebelumnya hanya dilakukan pemotongan sebesar 10 basis poin.
"Keputusan ini menunjukkan terus berlanjutnya preferensi otoritas dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperkuat sektor properti," kata Louise Loo, kepala ekonom Oxford Economics, seperti yang dilansir oleh CNBC International pada Selasa (20/2/2023).
Selain pendapat dari Loo, analis dari E-House China Research and Development Institution, Yan Yuejin, juga menyatakan bahwa dengan siklus penurunan suku bunga yang merupakan yang terbesar dalam sejarah dimulai, hal ini akan secara langsung mempengaruhi sektor real estat dengan mengurangi biaya hipotek.
Dengan adanya potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dalam beberapa bulan ke depan, semakin besar kemungkinan bahwa Beijing akan melanjutkan langkah-langkah kebijakan moneter tambahan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. (*)
Informasi Seputar Tiongkok.
Advertisement