Lama Baca 5 Menit

China-ASEAN Bangun Kesejahteraan Bersama

11 April 2023, 10:49 WIB

China-ASEAN Bangun Kesejahteraan Bersama-Image-1
China-ASEAN

Beijing, Bolong.Id - Dua sesi pertemuan Partai Komunis Tiongkok selesai. Hasilnya,visi modernisasi Tiongkok-ASEAN harus diwujudkan dengan misi kesejahteraan bersama serta keterhubungan barang dan jasa.

Hal itu disampaikan oleh Hou Yanqi, Duta Besar Misi Tiongkok untuk ASEAN di Jakarta pada Selasa (21/03/2023) dalam taklimat media pertamanya. Hou baru dilantik untuk mengampu jabatan tersebut pada bulan Desember 2022.

Hou menekankan bahwa China sangat percaya diri dalam memberi kontribusi kepada dunia. Dalam perkiraannya pada tahun 2023, perekonomian Tiongkok tumbuh hingga 5 persen dan jumlah pekerjaan urban yang tercipta meningkat 12 persen. Jika hal ini terwujud, maka pendapatan domestik bruto dunia juga akan terangkat sebanyak 0,7 persen.

Hou mengatakan jika Tiongkok tidak bisa dipisahkan dari dunia. Mengisolasi Tiongkok dari rantai pasok global akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum.

Maka dari itu, Hou menekankan bahwa Tiongkok menolak segala bentuk persaingan geopolitik yang sifatnya saling menjegal. Prinsip yang dipegang semestinya ialah memberi kebebasan bagi setiap negara untuk bermitra dengan setiap pihak. 

Hal ini, lanjut dia, yang membuat Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (AOIP) dan sentralitas ASEAN dinilai berkeadilan karena inklusif.

Ia mengatakan, Tiongkok dan ASEAN telah merayakan sepuluh tahun kesamaan pandangan pembangunan. 

Tiongkok mendukung AOIP melalui berbagai macam program yang praktis dan pragmatis selama bertujuan kepada keuntungan bersama. Pada hal ini, Tiongkok mengedepankan penghormatan terhadap kedaulatan dan isu dalam negeri masing-masing.

Konektivitas antarnegara ASEAN juga menjadi salah satu aspek penting. Tiongkok membangun Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) beserta proyek Jalur Sutera Maritim. Contoh proyek ini ialah jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung dan jalur kereta api di Laos.

Hou mengungkapkan dalam keterhubungan ini akan memeiliki manfaat yang jauh di luar ASEAN dan Tiongkok. Barang dan jasa dari Timur Tengah, Asia Tengah, dan Eropa nanti akan mudah terdistribusi dan ini juga akan mengurangi biaya logistik.

Saat ini, ASEAN dan Tiongkok telah melakukan negosiasi tahap ketiga perjanjian perdagangan bebas yang masuk dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). 

Bahkan, 30 persen dari neraca perdagangan global ChinTiongkok ialah dengan RCEP. Hong Kong baru-baru ini mengutarakan minat untuk bergabung dengan kemitraan ini.

Pariwisata juga ditunjuk untuk masuk ke dalam peningkatan perekonomian kedua pihak. Pemerintah Tiongkok mengeluarkan daftar 60 negara tujuan wisata yang paling menarik bagi rakyat mereka dan sembilan negara anggota ASEAN masuk ke dalam daftar tersebut. 

Pascapandemi Covid-19, diperkirakan 90 juta wisatawan dari Tiongkok telah bersiap melakukan perjalanan internasional.

Hou mengungkapkan bahwa persoalan Laut Tiongkok Selatan juga berperan penting dalam konektivitas ini. Di awal Maret, Tiongkok dan ASEAN telah melangsungkan pertemuan kelompok kerja untuk membahas perumusan kode panduan (code of conduct). 

Rapat-rapat berikutnya segera menyusul dan kini telah bisa dilakukan secara tatap muka.

"Kami menawarkan untuk Laut China Selatan ini kita bisa bekerja sama di segi penelitian kelautan, pelestarian biota laut, dan berbagai program pencarian serta penyelamatan (SAR)," kata Hou.

Di hari yang sama (21/03/2023), di Magelang, Jawa Tengah, berlangsung pertemuan para menteri ekonomi ASEAN. Direktur Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan Diana Kurniasari mengatakan bahwa negosiasi perdagangan bebas ini adalah hal penting. 

Komponen kendaraan listrik Indonesia masih dikenai tarif 40-50 persen, dan Indonesia masih mengingingkan tarif dengan harga serendahnya.

Minggu lalu, Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn menjelaskan bahwa AOIP memang sengaja membawa berbagai kerja sama antara ASEAN dengan para mitra wicara ke dalam level sepragmatis mungkin. Ekonomi, investasi, dan perdagangan adalah metodenya.

"Kita bersatu dan membuka diri untuk berbagai kerja sama dengan syarat mitra kita menghormati AOIP dan sentralitas ASEAN. Ini pendekatan yang efektif untuk meredam persaingan geopolitik antarnegara adidaya di kawasan Asia Tenggara," tuturnya.(*)