Lama Baca 3 Menit

Budaya Majiayao, Pencampuran Budaya Tiongkok Dengan Negara Asing

24 June 2021, 09:49 WIB

Budaya Majiayao, Pencampuran Budaya Tiongkok Dengan Negara Asing-Image-1

Salah satu pameran di China - Image from Xinhuanet

Beijing, Bolong.id – Dalam sebuah simposium yang diadakan di Prefektur Otonomi Linxia Hui, Provinsi Gansu, Tiongkok barat laut, para ahli mengatakan bahwa budaya Majiayao, komunitas Tiongkok yang berusia lebih dari 5.000 tahun, adalah salah satu saksi paling awal pertukaran budaya Tiongkok dengan bangsa asing. Masyarakat Majiayao yang menghuni hulu Sungai Kuning dan anak-anak sungainya dikatakan membentuk bagian penting dari asal usul peradaban Tiongkok.

Dilansir dari Xinhuanet.com ( 新华网 ) pada Selasa (22/06/21), arkeolog Swedia Johan Gunnar Andersson pertama kali menyelidiki reruntuhan budaya ini pada tahun 1924. Pada tahun 1940-an, arkeolog Tiongkok terkemuka, Xia Nai, menamai reruntuhan itu sebagai budaya Majiayao, dengan kerajinan tembikar yang dilukis glamor sebagai fiturnya yang paling mencolok.

Menurut Han Jianye, seorang profesor sejarah di Renmin University of China, budaya ini menyebar ke Asia Tengah melalui Xinjiang dan menyebar ke barat. Ia pun menjelaskan, dekorasi dengan ciri-ciri Asia Tengah juga muncul pada karya tembikar yang dilukis di Majiayao selain gambar domba dan sapi yang merupakan khas barat.

Tang Huisheng, seorang profesor dari Fujian Normal University mengatakan, budaya Majiayao juga berinteraksi dengan budaya Harappa di India. Kemiripan terlihat jelas dari barang-barang dari kedua situs tersebut. 

Lebih lanjut lagi, beberapa ahli menunjukkan bahwa budaya Majiayao juga memiliki kesamaan dengan budaya Cucuteni-Tripolye di bagian barat dan utara Laut Hitam yang terlihat dari dekorasi dan bentuk barang tembikar yang dicat.

"Kedua budaya berkembang dan menurun pada waktu yang sama," kata Li Xinwei, seorang peneliti dari Institut Arkeologi di bawah Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.

"Orang-orang dari dua budaya juga menggunakan tembikar untuk membuat patung kepala manusia," tambahnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, upaya telah ditingkatkan untuk melindungi budaya Majiayao dengan membangun museum tematik, menyelenggarakan simposium akademik, dan melakukan lebih banyak penelitian. (*) 


Informasi Seputar Tiongkok