Lama Baca 5 Menit

Kemenlu China: Jepang dan AS Punya Utang Pada Rakyat China dan Dunia Soal HAM

20 April 2021, 05:33 WIB

Kemenlu China: Jepang dan AS Punya Utang Pada Rakyat China dan Dunia Soal HAM-Image-1

Wang Wenbin - Image from Situs Web Resmi Kedutaan Besar Tiongkok untuk Malaysia

Bolong.id - Pada Senin (19/4), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Webin memimpin konferensi pers reguler. Dalam konferensi tersebut ia berkomentar masalah pertemuan para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Jepang dan mengeluarkan pernyataan yang membahasa masalah yang berkaitan dengan Tiongkok pada Jumat (16/4).

Dilansir dari People's Daily pada Senin (19/4), Wang wenbin mengatakan mengenai konten terkait Tiongkok dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh para pemimpin Amerika Serikat dan Jepang, juru bicara Kementerian Luar Negeri telah mengklarifikasi posisinya yang khidmat. Ia memberikan 3 poin untuk menjelaskan situasi tersebut.

Pertama, hanya ada satu sistem di dunia, sistem internasional dengan PBB sebagai pusatnya, hanya ada satu perangkat aturan yang merupakan norma dasar hubungan internasional berdasarkan Piagam PBB. Amerika Serikat dan Jepang tidak mewakili komunitas internasional, mereka tidak memenuhi syarat untuk mendefinisikan tatanan internasional, juga tidak memenuhi syarat untuk memaksakan standar mereka sendiri pada negara lain.

Amerika Serikat dan Jepang mengkhotbahkan kebebasan dan keterbukaan, tetapi pada kenyataannya mereka membentuk kelompok kecil dan terlibat dalam lingkaran kecil untuk memicu konfrontasi kelompok. Ini adalah ancaman nyata bagi perdamaian dan stabilitas regional dan penghancuran yang sewenang-wenang terhadap aturan dan ketertiban internasional. 

66 tahun yang lalu, Konferensi Bandung mengusulkan sepuluh prinsip untuk menangani hubungan antar bangsa berdasarkan Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai, yang masih memiliki signifikansi praktis yang sangat penting untuk memandu praktik hubungan internasional. 

Ini sepenuhnya menunjukkan bahwa hanya dengan persatuan tanpa perpecahan, persamaan tanpa hegemoni, dan kerja sama tanpa konfrontasi, barulah ia dapat menyesuaikan diri dengan tren perkembangan zaman dan bertahan dalam ujian praktik sejarah.

Kedua, tentang masalah hak asasi manusia, Jepang dan Amerika Serikat berhutang kepada rakyat Tiongkok dan rakyat dunia. Agresi perang yang dilancarkan Jepang pada tahun 1930-an menimbulkan bencana yang sangat parah bagi negara-negara Asia, khususnya rakyat Tiongkok. 

Namun, sebagai negara yang kalah, Jepang tetap memiliki perkataan dan perbuatan yang mengingkari dan memperindah sejarah agresinya dari masa ke masa. Amerika Serikat telah lama menjalankan kebijakan militer dengan memaksakan kekuatan militer. 

Sejak 2001, perang yang dilancarkan Amerika Serikat telah menyebabkan lebih dari 800.000 kematian, di mana lebih dari 300.000 warga sipil telah tewas. Apa yang harus dilakukan Jepang dan Amerika Serikat adalah dengan sungguh-sungguh merenungkan dan mengoreksi sejarah agresi dan pelanggaran hak asasi manusia mereka sendiri di negara lain, alih-alih mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok dengan kedok hak asasi manusia (HAM).

Dengan dalih isu HAM, citra negara lain tercoreng, stabilitas negara lain dirusak, dan pembangunan negara lain terhambat. Orang Tiongkok tidak akan setuju, begitu pula masyarakat dunia. Sebagai masalah yang mendesak, Jepang harus menghadapi keprihatinan serius dari negara-negara tetangga dan komunitas internasional, dan bertanggung jawab atas kehidupan dan kesehatan orang-orang di seluruh dunia, segera menghentikan penerapan keputusan untuk membuang air yang tercemar nuklir ke laut, dan menghentikan tindakan yang merugikan orang lain dan merugikan dirinya sendiri.

Ketiga, memerangi pandemi membutuhkan penegakan semangat sains dan mengharuskan semua negara untuk bekerja sama. Amerika Serikat telah mempolitisasi perang melawan pandemi, menstigmatisasi negara lain, dan menarik diri dari kelompok. 

Hal ini tidak hanya menyebabkan rakyat Amerika membayar mahal, tetapi juga menciptakan hambatan dan menambah perlawanan terhadap kerja sama internasional di melawan pandemi. Amerika Serikat dan Jepang harus menghentikan manipulasi politik dalam masalah memerangi pandemi, menghargai kehidupan, menghormati sains, dan berbuat lebih banyak untuk mempromosikan kerja sama internasional dalam memerangi pandemi, tanpa menimbulkan masalah. (*)


Informasi Seputar Tiongkok