Lama Baca 4 Menit

Kisah Perjuangan Tokoh Tionghoa Saat Pra-Kemerdekaan Indonesia

15 August 2021, 10:17 WIB

Kisah Perjuangan Tokoh Tionghoa Saat Pra-Kemerdekaan Indonesia-Image-1

Liem Koen Hian - Image from Kompas

Bolong.id - Saat periode pra-kemerdekaan Indonesia keberadaan orang-orang Tionghoa seolah hilang, seakan mereka kalah pamor oleh suku lainnya ketika pergerakan nasional masa itu. Padahal mereka lahir dan dibesarkan di Indonesia juga, lalu mengapa begitu?

Dalam bukunya yang bertajuk Dilema Minoritas Tionghoa terbitan tahun 1986, Leo Suryadinata menyampaikan bahwa keberadaan dan eksistensi mereka sedikit tersisih lantaran dianggap berbeda dengan suku-suku lain. Namun, sejumlah literatur mencatat adanya rekam jejak peran orang Tionghoa di masa pra-kemerdekaan.

Salah satunya adalah Liem Koen Hian yang merupakan pendiri Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Sesuai namanya, partai yang didirikan pada 25 September 1932 ini beranggotakan warga Tionghoa.

Kemajuan ekonomi, sosial, dan politik Indonesia menjadi alasan PTI berdiri. Tapi sayangnya PTI dianggap homogen dan kurang mampu memuaskan orang-orang Tionghoa yang ingin memperluas wilayah pergaulannya. Hingga pada 1942, PTI resmi dibubarkan oleh Jepang.

Tak hanya tampil di PTI, Sosok Liem Koen Hian juga menjadi pelopor koran Tionghoa berbahasa Melayu dengan nama Sin Tit Po pada 1929. Pria ini menjadi salah satu orang Tionghoa yang berpihak pada pergerakan nasional di Indonesia.

Tak hanya jadi bacaan para etnis Tionghoa. Namun, Sin Tit Po juga berhasil menarik dan memberi pengaruh pada warga lokal. Sering kali koran tersebut juga jadi ladang pemberitaan berbagai pergerakan di Indonesia.

Di samping Sin Tit Po, ada pula koran lain bernama Sin Po yang turut berpihak pada pergerakan nasional kala itu. Salah satu bentuknya dengan menayangkan lagu Indonesia Raya karangan W.R Soepratman beserta not angka dan not baloknya.

Selain itu, ada Daniel Dharma alias John Lie. Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara itu merupakan perwira militer Angkatan Laut.

Dia sempat ditugaskan di Cilacap dan berhasil membersihkan ranjau-ranjau yang ditanam Jepang. Kemudian mengamankan kapal-kapal pengangkut komditas ekspor Indonesia ke luar negeri.

Pasca kemerdekaan, John Lie terus mendedikasikan dirinya untuk tanah air. Seperti pada 1950, ia aktif dalam penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.

Ada pula Yap Tjwan Bing yang menjadi satu-satunya anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Penyandang gelar sarjana farmasi dari sebuah universitas di Amsterdam pada tahun 1939 ini pun turut hadir dalam pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden beserta wakilnya pada 18 Agustus 1945.

Yap juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan DPR-RIS. Yap juga menjadi sosok yang cukup dekat dengan Soekarno.

Orang Tionghoa lainnya yang aktif dalam pergerakan nasional adalah Oei Tjong Hauw. Pada 1928, dia menjadi ketua partai Chung Hwa Hui (CHH), yakni partai warga peranakan yang berpendidikan Belanda.

Kemudian tahun 1945, Oei Tjong Hauw diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sekaligus perwakilan dari golongan Tionghoa.

Kisah para pejuang keturunan Tionghoa itu bisa menjadi contoh bagi para kaum muda untuk semakin mencintai bangsa Indonesia. Mari saling menghargai satu sama lain apapun etnis dan rasnya. (*)


Informasi Seputar Tiongkok