Lama Baca 4 Menit

Kya-kya, Kawasan Pecinan di Surabaya yang Mulai Ditinggalkan

22 August 2021, 09:21 WIB

Kya-kya, Kawasan Pecinan di Surabaya yang Mulai Ditinggalkan-Image-1

Gerbang di Kya-kya - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami

Bolong.id – Kya-kya adalah sebuah kawasan pecinan yang pernah ramai di awal tahun 2000-an. Pecinan Surabaya ini terletak di Jalan Kembang Jepun. 

Kata kya-kya ini diambil dari salah satu dialek Tiongkok yang berarti jalan-jalan. Pintu masuk dari Kya-kya ini terdapat gapura dengan arsitektur khas Tiongkok, yaitu gapura dengan dekorasi naga, plakat bertuliskan Kya-kya, dan dua patung singa di sisi kiri-kanannya.

Dulunya, Kya-kya ramai digunakan sebagai pasar malam, dan di sepanjang jalan terdapat banyak kios-kios yang menjual berbagai makanan dari makanan khas Surabaya hingga masakan Tionghoa. 

Wisata di pecinan Surabaya satu ini baru dimulai pukul 6 sore hingga tengah malam. Selain kios yang menjual makanan, berbagai pertunjukan tari dan musik khas Tionghoa dulunya juga diadakan di sini.

Kios-kios makanan yang berada di Kya-kya resep makanannya merupakan hasil turunan diturunkan banyak generasi. Setidaknya ada 200 lapak penjual kuliner dan 500 meja makan yang tertata rapi sepanjang kawasan Kya Kya.

Kya-kya, Kawasan Pecinan di Surabaya yang Mulai Ditinggalkan-Image-2

Kios makanan di Kya-kya - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami

Jalan Kembang Jepun dulunya dinamakan Handelstraat, yang kemudian tumbuh sangat dinamis. Pada zaman pendudukan Jepang, nama Kembang Jepun menjadi terkenal, ketika banyak serdadu Jepang (Jepun) memiliki teman-teman wanita (kembang) di sekitar daerah ini. 

Pada era dimana banyak pedagang Tionghoa menjadi bagian dari napas dinamika Kembang Jepun, sebuah Gerbang kawasan yang bernuansa arsitektur Tionghoa pernah dibangun di sini. Banyak fasilitas hiburan didirikan di pecinan Surabaya ini, bahkan ada yang masih bertahan hingga kini, seperti Restoran Kiet Wan Kie.

Namun, pada pertengahan abad ke-20, perdagangan di Kembang Jepun ini mulai menurun dengan adanya pergeseran pusat perdagangan di segitiga emas yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda, dan Jalan Panglima Sudirman.

Pemerintah kota Surabaya kemudian kembali membangun fasilitas perdagangan pada awal 2000-an bersama dengan swasta, menghidupkan kembali kawasan Pecinan Surabaya di Jalan Kembang Jepun dengan menekankan kawasan perdagangan. Namun upaya ini tidak mendapatkan respon baik dari pedagang kaki lima dan masyarakat Kota Surabaya. 

Pemerintah kota juga berusaha mengadakan berbagai pementasan budaya seperti festival ngamen, suguhan musik keroncong, musik klasik Tiongkok, hingga Barongsai anak-anak dan tari Ngremo Bocah. 

Sedangkan, acara-acara tematik digelar seperti Shanghai Night, Dancing on the Street, Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoen, Mystical Night, Festival Bulan Purnama, dan sebagainya.

Kini Kya-kya Kembang Jepun sekaligus kawasan pecinan Surabaya yang populer ini hanya menjadi pusat pertokoan dan pergudangan di Surabaya. Aktivitas perdagangan sudah tidak ada, dan banyak generasi muda Tionghoa yang memilih tinggal dan beraktivitas di Surabaya barat. (*)


Informasi Seputar Tiongkok