Batu Bara - Image from detik.net
Jakarta, Bolong.id – Setelah dikabarkan Indonesia kerjasama dengan Tiongkok soal ekspor batu bara. Kini nasib ekspor batubara Indonesia berpotensi tertekan kembali.
Ini karena, Tiongkok mulai memprioritaskan pengembangan energi non-fosil, serta berupaya mengganti energi tinggi karbon dengan energi rendah karbon dan energi fosil dengan energi terbarukan.
Tiongkok merupakan pasar ekspor batubara Indonesia terbesar kedua setelah India. Tahun 2019, ekspor batubara Indonesia ke India sebanyak 121,69 juta ton.
Secara nilai, ekspor batubara Indonesia sepanjang tahun 2019 mencapai US$ 18,96 miliar. Dari jumlah itu, ekspor batubara Indonesia ke Tiongkok mencapai US$ 3,14 miliar. Dilansir Kontan.co.id, Selasa (22/12/2020).
Merujuk dari buku putih yang dirilis Pemerintah Tiongkok pada Senin (21/12), negara tersebut memfasilitasi penggunaan energi matahari, pengembangan energi angin, energi air, serta energi nuklir yang aman dan terstruktur.
Tiongkok mendorong tingkat pemanfaatan energi terbarukan secara keseluruhan, dengan tingkat konsumsi rata-rata nasional tenaga angin mencapai 96 persen, tenaga surya fotovoltaik 98 persen, dan tenaga air di lembah-lembah sungai utama mencapai 96 persen pada 2019.
"Pengembangan dan pemanfaatan energi non-fosil merupakan elemen utama dari peralihan menuju sistem energi rendah karbon dan ramah lingkungan," ungkap buku putih tersebut.
Buku putih itu juga memaparkan bahwa pada 2019, intensitas emisi karbon di Tiongkok menurun sebesar 48,1 persen dibandingkan dengan 2005.
Capaian tersebut melampaui target pengurangan intensitas emisi karbon sebesar 40 hingga 45 persen antara 2005 dan 2020, membalikkan tren pertumbuhan cepat emisi karbon dioksida. (*)