Bolong.id - Asia, Eropa, dan Amerika Serikat terpanggang di bawah suhu panas ekstrem dan mulai mengkhawatirkan sejumlah pemimpin dunia. Amerika Serikat berusaha kembali menghidupkan diplomasi iklim dengan Tiongkok.
Dilansir dari Reuters (18/07). Gelombang panas memecahkan rekor di barat dan selatan Amerika Serikat, hujan lebat memicu banjir di timur laut dan bencana kebakaran di wilayah Midwest.
Kubah panas di Amerika Serikat bagian barat mendorong suhu di gurun Death Valley California menjadi 128 Fahrenheit (53 Celcius) sejak minggu lalu, dan menjadi panas yang tertinggi dalam 90 tahun terakhir.
Tak hanya itu, suhu kota Phoenix mencapai 114 F (45,5C) yang terjadi pada senin (17/7) mencetak rekor bersejarah, dimana selama 18 hari berturut-turut suhu panas di atas 110 F yang diperkirakan masih akan berlanjut beberapa hari mendatang.
Sebuah Organisasi Nirlaba internasional Salvation Army membuka sebelas pusat pendingin dan mengirimkan unit bergerak untuk memberikan bantuan kepada para tunawisma yang kesulitan mencapai lokasi.
"Panas ekstrem adalah bencana alam Arizona. Jadi bagi Salvation Army, ini adalah respons bencana," kata Scott Johnson, juru bicara organisasi di AS Barat Daya.
Tahun lalu, gelombang panas menewaskan 425 orang di Maricopa County di daerah Phoenix. Mengantisipasi kejadian tahun lalu, Salvation Army mendistribusikan air dingin, topi, tabir surya, dan perlengkapan kebersihan yang sangat dibutuhkan kepada mereka yang membutuhkan.
"Rasanya seperti anda berada di dalam pengering di binatu dan itu mencekik," ujar Cristina Hill, seorang wanita tuna wisma yang menderita saat gelombang panas tahun lalu.
Sementara itu, wanita tunawisma lain, Maritza Villegas, mengatakan ia gemetar dan gelisah karena panas, yang memicu napas kering.
"Ini sangat berarti, dunia tanpa air saya akan berada di rumah sakit sekarang," kata Villegas tentang bantuan tersebut.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim, yang disebabkan oleh emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil, akan mengakibatkan gelombang panas semakin sering, parah, dan mematikan. Mereka mengatakan pemerintah perlu mengambil tindakan drastis untuk mengurangi kelalaian guna mencegah bencana iklim.
Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa mengatakan 2022 dan 2021 adalah rekor musim panas terpanas di benua itu.
Tidak hanya di AS, gelombang panas juga melanda sejumlah wilayah di belahan bumi utara.
Sebuah kota terpencil di barat laut Tiongkok, Sanbao, mencatat rekor nasional 52,2C (126F) untuk gelombang panas. Gelombang panas ikut memicu kebakaran hutan di Eropa dalam dua pekan terakhir. sementara otoritas Italy dan Prancis mmengeluarkan peringatan kesehatan terkait meningkatnya panas.
Amerika Serikat dan Tiongkok Diplomasi Iklim
Perubahan Iklim mulai menggangu Temperatur global, dimana tingkat pemanasan global mencapai 1,5 derajat celcius mulai bergerak diluar jangkauan.
Utusan pemerintah Amerika Serikat John Kerry bertemu dengan delegasi Tiongkok Xie Zhenhua di Beijing, mendesak tindakan bersama untuk mengurangi emisi metana dan tenaga batu bara.
“Dalam tiga hari ke depan, kami berharap dapat mulai mengambil beberapa langkah besar yang akan mengirimkan sinyal kepada dunia tentang tujuan serius Tiongkok dan Amerika Serikat untuk mengatasi risiko, ancaman, tantangan bersama bagi seluruh umat manusia yang diciptakan oleh manusia sendiri, Ini beracun bagi orang Tiongkok dan Amerika dan bagi orang-orang di setiap negara di planet ini.” ujar Kerry.
Suhu tinggi yang berkepanjangan di Tiongkok mengancam jaringan listrik dan tanaman serta meningkatkan kekhawatiran akan terulangnya kekeringan tahun lalu, yang paling parah dalam 60 tahun.
Topan Talim semakin kuat dan menghantam pada malam hari di sepanjang pantai selatan Tiongkok, memaksa pembatalan penerbangan dan kereta api di wilayah Guangdong dan Hainan.
Di Korea Selatan, hujan deras menyebabkan 40 orang tewas akibat tanggul sungai jebol menyebabkan banjir bandang. Mereka mengikuti rekor hujan terberat di ibu kota Seoul tahun lalu.
Eropa dilanda Gelombang Panas Berkepanjangan
Gelombang panas berkepanjangan melanda hampir diseluruh Eropa. Kementerian kesehatan Italia pada hari Senin ini mengeluarkan kode merah - menandakan kemungkinan ancaman kesehatan bagi siapa pun yang terpapar panas untuk 20 dari 27 kota utama negara itu, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 23 pada hari mendatang.
Sementara itu, Badan kesehatan masyarakat Prancis mengatakan bentangan cuaca panas saat ini mungkin akan membuat rumah sakit atau membunuh "banyak" orang, seperti gelombang panas yang terjadi hampir setiap musim panas sejak 2015. Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan panas dan curah hujan yang ekstrem diperkirakan akan berlanjut hingga Agustus.
"Di banyak bagian dunia, hari ini diperkirakan akan menjadi hari terpanas dalam sejarah," cuit Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi WHO.
"ClimateCrisis bukanlah peringatan. Itu sedang terjadi. Saya mendesak para pemimpin dunia untuk segera berbuat sekarang." ujar Tedros.
Sebanyak 61.000 orang mungkin telah meninggal di Eropa selama gelombang panas musim panas lalu, dengan pengulangan yang dikhawatirkan musim ini.
"Kekhawatiran saya benar-benar kesehatan - kesehatan orang-orang rentan yang tinggal tepat di bawah atap rumah yang tidak siap menghadapi suhu setinggi itu," kata Robert Vautard, ilmuwan iklim dan direktur Institut Pierre-Simon Laplace Prancis. "Itu bisa menimbulkan banyak kematian."(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement