
Bolong.id - Banyak orang di seluruh dunia mengenal Chinese food dengan cita rasa khasnya. Namun, ada satu sisi kuliner Tiongkok yang jarang dibicarakan: Chinese Medicinal Cuisine, atau dalam bahasa Mandarin disebut 食疗 (shíliáo), yang berarti food therapy - terapi kesehatan melalui makanan.
Ini bukan sekadar hidangan biasa. Shíliáo adalah seni kuno yang memadukan pengobatan tradisional Tiongkok (TCM) dengan seni memasak, diwariskan sejak ribuan tahun lalu.
Jejak Sejarah Ribuan Tahun
Konsep makanan sebagai obat sudah tercatat sejak zaman Dinasti Han (206 SM – 220 M) melalui kitab klasik Huangdi Neijing (The Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine). Kitab ini memberikan panduan tentang makanan apa yang sebaiknya dikonsumsi sesuai musim, kondisi tubuh, dan penyakit tertentu.
Sejak saat itu, prinsipnya tak banyak berubah: setiap bahan makanan — mulai dari sayuran, daging, hingga rempah — dipercaya memiliki pengaruh terhadap energi tubuh (qi) dan keseimbangan yin-yang.

Prinsip Utama Shíliáo
1. Keseimbangan
Dasar dari pengobatan makanan tradisional Tiongkok adalah menjaga keseimbangan qi (energi vital) dan cairan tubuh. Dalam pandangan ini, tubuh atau organ yang sehat adalah tubuh yang memiliki keseimbangan yang tepat. Jika keseimbangan itu terganggu, maka penyakit atau gangguan kesehatan bisa muncul.
Faktor lingkungan maupun cedera fisik dapat mengacaukan keseimbangan tersebut. Misalnya, saat cuaca dingin, tubuh dianggap kekurangan qi dan terlalu tinggi unsur yin. Untuk menyeimbangkannya, dianjurkan mengonsumsi makanan yang bersifat yang atau “hangat”. Sebaliknya, saat cuaca panas di mana unsur yang sudah terlalu dominan, tubuh lebih membutuhkan makanan yin atau “dingin” agar tetap seimbang.
Karena itu, dalam tradisi ini ada resep makanan khusus yang disesuaikan dengan musim. Setiap musim menghadirkan bahan-bahan yang dipercaya paling sesuai untuk menjaga kesehatan tubuh.
2. Tambahan Herbal Berkhasiat
Dalam tradisi kuliner pengobatan Tiongkok, berbagai herbal penyembuh atau bahkan bagian tubuh hewan bisa ditambahkan ke dalam makanan untuk membantu menyembuhkan penyakit. Menariknya, banyak dari herbal tersebut juga digunakan oleh ahli herbal di Barat maupun negara lain untuk kondisi kesehatan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa herbal tersebut memang memiliki efek medis nyata.
3. Memahami “Suhu” dan Rasa Makanan
Setiap makanan dalam teori TCM (Traditional Chinese Medicine) dikategorikan berdasarkan “suhu qi”—mulai dari yang (panas) hingga yin (dingin)—dan juga salah satu dari lima rasa: asam, manis, pahit, pedas, dan asin. Kombinasi suhu dan rasa makanan dipercaya memengaruhi tubuh dengan cara yang berbeda-beda.
Orang Tiongkok meyakini bahwa dalam satu kali makan sebaiknya ada berbagai rasa dan keseimbangan antara makanan “hangat” dan “dingin”. Jika terlalu banyak mengonsumsi makanan dari satu jenis rasa atau suhu saja, maka tubuh bisa mengalami ketidakseimbangan yang berujung pada penyakit.

4. Prinsip TCM Saat Waktu Makan
Tidak hanya soal apa yang dimakan, tapi juga bagaimana cara makan sangat penting dalam budaya ini. Sejak ribuan tahun lalu, teks kuno Tiongkok sudah memberikan panduan sederhana tentang kebiasaan makan sehat yang masih relevan hingga kini, seperti:
- Hindari makanan olahan, usahakan makan alami.
- Pilih sayur dan buah musiman.
- Sayur sebaiknya selalu dimasak, bukan mentah.
- Duduk tenang saat makan, jangan terburu-buru.
- Kunyah makanan dengan baik dan makanlah perlahan.
- Nikmati makanan tanpa gangguan, fokus pada rasa.
- Jangan melewatkan jam makan.
- Setelah makan siang, sempatkan beristirahat sejenak atau tidur siang singkat.
Dalam TCM, bahkan pikiran ikut memengaruhi pencernaan. Karena itu, suasana tenang dan fokus saat makan dianggap membantu tubuh menyerap manfaat makanan dengan lebih baik.
Bagi yang ingin menjaga kesehatan tanpa harus selalu bergantung pada obat, Chinese medicinal cuisine bisa jadi pintu masuk menuju gaya hidup yang lebih seimbang. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement
