Lama Baca 4 Menit

Hydroxychloroquine dan Azithromycin Obat Ajaib Untuk Obati COVID-19? Cek Kebenarannya!

01 May 2020, 16:59 WIB

Hydroxychloroquine dan Azithromycin Obat Ajaib Untuk Obati COVID-19? Cek Kebenarannya!-Image-1

ilustrasi hydroxychloroquine - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh "Nature-Medicine" pada tanggal 26 April 2020, pasien yang terinfeksi COVID-19 yang diobati dengan hydroxychloroquine dan azithromycin menunjukkan kelainan EKG (aktivitas listrik jantung). Para penulis mengevaluasi 84 pasien COVID-19 yang dirawat di sebuah pusat di New York, AS.

Belum lama ini, dilaporkan bahwa kombinasi dari hydroxychloroquine (obat antimalaria) dan azithromycin (antibiotik) dapat membantu menyembuhkan pasien COVID-19. Namun, kedua obat ini telah terbukti meningkatkan risiko berbagai jenis kelainan detak jantung, seperti interval QT yang berkepanjangan (kondisi di mana bilik jantung memompa terlalu cepat), torsades de pointes (TdP) yang diinduksi obat, serta jantung bisa berhenti mendadak. Interval QT, yang diukur dengan EKG (pemeriksaan sederhana yang bertujuan untuk mengukur irama dan aktivitas listrik jantung), mewakili durasi total depolarisasi dan repolarisasi. Interval QT yang berkepanjangan menempatkan pasien pada risiko aritmia dan kematian jantung mendadak.

Lior Jankelson dari Fakultas Kedokteran Universitas New York dan rekannya meninjau elektrokardiogram dari 84 pasien COVID-19 yang telah diberikan hidroksi kloroquin (羟氯喹) dan azitromisin ( 阿奇霉素) selama 5 hari dan melacak interval QT mereka. Usia rata-rata pasien dalam kelompok ini adalah 63 tahun, dan 74% adalah laki-laki. Setelah pasien minum obat, penulis melacak tindak lanjut mereka melalui elektrokardiogram, dan mengamati interval QT yang berkepanjangan pada sebagian besar pasien. 11% pasien memiliki interval QT yang jauh lebih lama, menempatkan mereka pada risiko aritmia yang lebih tinggi dan kematian jantung mendadak. Empat pasien meninggal karena kegagalan organ multipel tanpa bukti aritmia atau perpanjangan QT yang parah.

Jankelson dan rekan menemukan bahwa sebagian besar pasien COVID-19 yang diobati dengan hydroxychloroquine dan azithromycin mengalami interval QT yang berkepanjangan ditambah tingkat keparahan penyakit lain yang diderita serta infeksi COVID-19 mungkin dapat memperburuk kondisinya.

Para penulis menyimpulkan bahwa status kelompok pasien ini harus dipantau terus menerus, terutama mereka yang memiliki penyakit lain dan mereka yang menerima obat perawatan lain yang dapat menyebabkan interval QT yang berkepanjangan.