Lama Baca 7 Menit

Dibalik Perayaan Cap Go Meh

26 February 2021, 17:49 WIB

Dibalik Perayaan Cap Go Meh-Image-1

耍龙灯 - Image from Taobao

Bolong.id - Perayaan Cap Go Meh, tahun ini jatuh pada (26/2). Cap Go Meh adalah festival penutup perayaan tahun baru imlek atau penutup tahun baru China menurut penanggalan lunar. Secara harafiah ‘cap go’ berarti lima belas dan “Meh” artinya malam. dalam dialek Hokkien. Berarti perayaan cap go meh dilakukan malam ke 15 hari setelah imlek atau tahun baru China dalam penanggalan lunar pertama, perayaan ini justru menjadi semacam pesta rakyat.

Cap Go Meh tidak hanya dirayakan di Indonesia, tetapi di negara lain juga,  Cap Go Meh dikenal sebagai festival Lentera atau Festival Lampion yang kemudian dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan dalam bahasa Mandarin yaitu 元宵节. Di malam Cap Go Meh, seluruh masyarakat akan tumpah-ruah ke jalan dalam suasana meriah dengan hiasan lampion yang beraneka rupa dan warna, dan saat festival lampion banyak serangkaian acara juga reuni keluarga sambil menyantap manisnya ronde khas Tiongkok yakni Yuan Xiao Tang Yuan 汤圆sajian khas yang menjadi bagian penting Cap Go Meh. Yoest M.S.H. dalam Tradisi & Kultur Tionghoa (2004) menjelaskan, Yuan Xiao adalah sejenis adonan tepung beras yang lengket semacam ronde, di dalamnya diisi manisan serta dibentuk seperti bola-bola kecil.

Dilansir dari CNN Indonesia bahwa Budayawan Jongkie Tio menjelaskan, secara garis besar, perayaan tahun baru Imlek dibagi menjadi tiga bagian. Di antaranya Imlek, sembahyang kepada Tuhan dan Cap Go Meh. Selain tiga rangkaian besar itu, kebanyakan rumah tangga juga menggelar jamuan makan untuk para leluhur. Keluarga menyiapkan makanan favorit leluhur dan meletakkannya di dalam mangkuk terpisah.

Jamuan dimulai dengan sembahyang pada Tuhan, kemudian memanggil roh leluhur lewat Dewa Bumi. Pasalnya, mereka percaya bahwa para leluhur 'ditanam' di bumi. 

Selain jamuan, banyak juga keluarga yang melakukan tradisi ciswak atau upacara buang sial di klenteng. Menurut Jongkie, ini mirip saat jelang peringatan Sura (tahun baru Jawa).

Orang-orang percaya, dengan memotong sedikit bagian rambut dan membuang pakaian lama ke laut, maka kesialan akan hilang. 

Perayaan Cap Go Meh di Tiongkok pada zaman dahulu diselenggarakan secara khusus dan tertutup. Tidak setiap orang bisa mengikuti acara tahunan ini, hanya bagi keluarga istana dan kalangan tertentu saja. Semula, perayaan ini dilakukan untuk menghormati Dewa Thai Yai, dewa tertinggi dalam tradisi Dinasti Han (206 SM-221 M). Dilansir dari Tirto.id  pada masa Dinasti Tang (618-907 M), perayaan ini justru menjadi semacam pesta rakyat yang kemudian dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan. Baru ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum. Di malam Cap Go Meh, seluruh masyarakat akan tumpah-ruah ke jalan dalam suasana meriah dengan hiasan lampion yang beraneka rupa.

Warga dari segala kalangan dan usia dihibur dengan beberapa macam pertunjukan, seperti tarian naga, barongsai, dan lain-lain, juga berbagai wahana permainan. Perayaan Cap Go Meh semakin meriah dengan pesta kembang api.

Cap Go Meh 2021 Di Indonesia?

Perayaan Cap Go Meh di Tiongkok dan di Indonesia berbeda, meskipun sama-sama berdarah Tionghoa, perayaan Cap Go Meh di daratan Tiongkok berbeda dengan di Indonesia.

Di Tiongkok, seluruh anggota keluarga berkumpul dan menggelar pesta besar. Jamuan diwarnai oleh makanan mewah dan istimewa demi menghantar pada handai tolan kembali ke rumah masing-masing.

Tak hanya itu, malam sebelum Cap Go Meh di Tiongkok pun terasa ramai. Keramaian itu diisi dengan kegiatan bergadang atau 'lek-lekan' dalam bahasa Jawa.

Kegiatan ini biasa dilakukan di klenteng dan diisi dengan sembahyang. Bahkan, ada pula yang menghabiskan malam dengan menikmati arak dan berjudi.

Tak lupa pula festival lampion yang kerap mewarnai setiap perayaan Cap Go Meh, baik di Indonesia maupun Tiongkok. Lampion memberi makna penerangan dan kelancaran rezeki.

Gambaran kemewahan yang sama tampaknya tak terlalu kentara di Indonesia. Pasalnya, warga keturunan Tionghoa yang tinggal di luar Tiongkok kebanyakan tinggal di kawasan perkampungan Indonesia. 

Biasanya keluarganya yang tersebar di sejumlah daerah di Tanah Air menyempatkan untuk kumpul bersama keluarga. Pada saat kumpul keluarga juga banyak hidangan khas yang disuguhkan mulai dari kue kering, lapis legit, dan makanan lain yang hanya bisa ditemui saat Imlek. Namun pada tahun 2021 semua terasa berbeda diarenakan masa pandemi virus corona Covid-19 yang merenggut banyak kasus di Indonesia.

Pengurus Majelis Rohaniawan (Martrisia) dan Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma seluruh Indonesia mengimbau masyarakat Tionghoa dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2021 dan Cap Go Meh untuk merayakannya dengan kesederhanaan tanpa mengumpulkan orang banyak dan mengurangi kunjungan bertamu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tanah air. Dilansir dari tirto.id.

“Tahun ini beda sekali, karena hanya bisa kumpul secara virtual. Biasanya kami sekeluarga selalu mudik ke Bandarlampung,” ujar seorang warga Tionghoa, Karin, seperti dikutip Antara News.

Dia menjelaskan suasana saat Imlek tahun ini jelas berbeda dengan sebelumnya. Imlek merupakan waktu yang dinanti untuk kumpul keluarga yang dilakukan satu kali dalam setahun. (*)