Lama Baca 5 Menit

Lin Yi, Indonesia Keturunan Tionghoa Kembangkan Makanan Nusantara di China

23 September 2021, 14:38 WIB

Lin Yi, Indonesia Keturunan Tionghoa Kembangkan Makanan Nusantara di China-Image-1

Lin Yi memamerkan beberapa jajanan khas Indonesia - Image from China News

Bolong.id - Mulai dari Ching bo leung dengan santan yang melimpah, kue lapis legit yang manis dan lembut, hingga teh susu asli Indonesia, semua dapat ditemukan di toko makanan penutup Ouye Asia Tenggara di Liuzhou, Guangxi. Lin Yi, seorang anggota keluarga Tionghoa perantauan Indonesia, mewarisi keterampilan nenek moyangnya dan memasak jajanan asli Indonesia. Lin Yi tidak pernah berpikir bahwa makanan Indonesia favoritnya sejak kecil akan menjadi kunci jawaban dari bisnisnya dan menjadi kaya.

Dilansir dari China News pada (20/9/2021), pada tahun 1960, orang tua Lin Yi kembali ke Tiongkok dari Indonesia. Kemudian, Lin Yi lahir di Guangxi. Pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur, Lin Yi mengingat "Kampung halamannya" yang lain dalam sebuah wawancara dengan wartawan. "Ketika saya masih kecil, saya sering kembali ke Indonesia untuk mengunjungi kerabat saya. Selama festival, keluarga saya juga akan merayakan dengan makanan Indonesia yang kaya."

"Kemudian, seiring bertambahnya usia orang tua saya, tidak ada seorang pun di keluarga saya yang membuat jajanan Indonesia." Lin Yi khawatir dia tidak akan pernah makan makanan ringan asli Indonesia lagi, jadi dia memutuskan untuk mewarisi keterampilan kakek-neneknya dan membuka restoran makanan Indonesia di Liuzhou. 

Pada bulan Juni tahun ini, Lin Yi mengurangi bisnis pakaiannya dan membuka toko makanan Indonesia untuk menyediakan puluhan makanan ringan Indonesia bagi para pengunjung.

Lin Yi, Indonesia Keturunan Tionghoa Kembangkan Makanan Nusantara di China-Image-2

Linyi Membuat makanan penutup - Image from China News

Untuk mempelajari keterampilan membuat makanan ringan Indonesia, Lin Yi pernah pergi ke keluarga petani Tiohoa perantauan di Hainan Xinglong untuk belajar membuat jajanan Indonesia. "Hal yang paling sulit untuk dipelajari adalah teh susu Indonesia. Banyak toko di Indonesia tidak lagi membuat teh susu tradisional Indonesia, yang kian hari mengakibatkan hilangnya keterampilan membuat hidangan ini ."

Lin Yi bepergian ke seluruh Guangxi, tempat orang Tionghoa perantauan yang kembali dari Asia Tenggara tinggal. "Karena kebanyakan orang Tionghoa perantauan hanya mengingat bahan tertentu yang digunakan untuk membuat teh susu, saya harus dengan hati-hati menuliskan resep formula yang mereka katakan dan mencobanya hingga mendapatkan rasa yang tepat."

Selama dua bulan berikutnya, Lin Yi dan istrinya terus belajar membuat teh susu di rumah. "Karena saya tidak tahu resep lengkap dan takaran bahan bakunya, saya hanya bisa membuat dan mencicipinya berulang-ulang, lalu menyesuaikan bahan formulanya." Lin Yi mengatakan bahwa dalam proses membuat teh susu Indonesia, ia minum satu kilo teh susu setiap hari.

Setelah pembukaan toko makanan khas Indonesianya, toko itu segera menangkap banyak keuntungan, dengan omset bulanan 100.000 yuan (Rp.220 juta). Dalam beberapa tahun terakhir, pertukaran dan kerja sama antara Guangxi dan ASEAN semakin dekat. "Dulu, sulit untuk menemukan restoran Asia Tenggara otentik di Guangxi. Sekarang makanan Thailand, makanan ringan Malaysia, makanan penutup Indonesia, dan masakan Asia Tenggara lainnya dapat dilihat di mana-mana di Guangxi", kata Lin Yi.

Selain membawa budaya makanan Indonesia kepada orang Tionghoa, Lin Yi juga membawa budaya makanan Tionghoa ke Indonesia. Ia mengatakan akan membawa mie bekicot dalam ke Indonesia untuk mempromosikan jajanan khas Guangxi ini kepada masyarakat sekitar.

Setelah mengetahui perkembangan dan perubahan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, kerabat Lin Yi Indonesia ingin "menyeberangi laut" untuk berkembang di Tiongkok. "Dua saudara saya datang ke Tiongkok dari Indonesia belum lama ini untuk berbisnis jajanan dengan saya. Beberapa teman Indonesia juga ingin anaknya belajar di Tiongkok dan tinggal di Tiongkok untuk perkembangan di masa depan," kata Lin Yi.

Baru dibuka lebih dari tiga bulan, dan snack bar Indonesia Lin Yi telah berkembang pesat. Dia telah membuka sejumlah toko rantai di Guangxi dan Guangdong. Ke depan, Lin Yi ingin membangun jembatan komunikasi budaya antara kedua belah pihak dengan bantuan masakan Tiongkok dan Indonesia, membuka toko makanan khas Indonesia di seluruh Tiongkok untuk mewarisi keterampilan yang diturunkan oleh nenek moyangnya. Pada saat yang sama beliau juga membuka pabrik tepung bekicot dalam kantong di Indonesia untuk membuat jajanan khas ini populer di Indonesia”.(*)


Informasi Seputar Tiongkok