Lama Baca 3 Menit

Virus COVID-19 Katanya Hasil Rekayasa Ilmuwan Tiongkok? Pendapat Mantan Kepala Intelijen Inggris MI6

05 June 2020, 17:37 WIB

Virus COVID-19 Katanya Hasil Rekayasa Ilmuwan Tiongkok? Pendapat Mantan Kepala Intelijen Inggris MI6-Image-1

Sir Richard Dearlove - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Asal-usul dari mana COVID-19 muncul telah menjadi pertanyaan bagi banyak pihak di seluruh dunia. Selama ini, di mana virus itu pertama kali muncul, dituding berasal dari Pasar Makanan Laut di Wuhan (武汉华南海鲜批发市场). Namun baru-baru ini, Mantan Kepala Intelijen Inggris MI6, Sir Richard Dearlove, dalam sebuah laporan mengatakan bahwa berdasarkan sebuah penelitian, virus ini dibuat oleh manusia dan berasal dari laboratorium di Tiongkok.   

Laporan penelitian tersebut dilakukan oleh Profesor Angus Dalgleish dari Rumah Sakit St. George di University of London dan ahli virologi Norwegia, Birger Sorensen. Penelitian ini mengklaim telah menemukan bagian yang disisipkan dan ditempatkan pada permukaan "mahkota" SARS-CoV-2, sehingga jelas bagaimana virus ini bisa menginfeksi sel manusia. Setelah ia melihat laporan tersebut, ia meyakini bahwa virus tersebut merupakan hasil rekayasa manusia. Ia menduga bahwa virus tersebut berasal dari uji coba kelelawar yang kabur sehingga menginfeksi manusia.

Mengutip suara.com, Professor David Robertson dari Universitas Glasgow, mengungkapkan ketidaksetujuannya, “Tidak ada bukti bahwa virus COVID-19 adalah hasil buatan manusia. Saya tidak berpikir kita cukup pintar untuk merancang virus ini, karena (COVID-19) itu terlalu unik. Kita semua dapat melihat banyak teori konspirasi, tetapi kita tetap harus memiliki bukti," ujarnya. Ia percaya bahwa penyakit ini berasal dari hewan, sebelum dapat menular ke manusia.  

Namun, Sir Richard juga menuding bahwa pihak Tiongkok lah yang harus bertanggung jawab dalam penyebaran COVID-19 ini. "Saya pikir ini berawal dari kecelakaan. Mereka menimbulkan masalah, jika Tiongkok akhirnya mau mengakui hal tersebut dan bertanggung jawab, apakah hal itu bisa membayar kerusakan yang telah terjadi?" ujarnya, seperti dilansir dari Metro.co.uk, pada hari Jumat (05/06/2020).