
Beijing, Bolong.id - Pada pertemuan malam penuh makna yang dihadiri Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang menegaskan bahwa hubungan Tiongkok-Indonesia telah memasuki era emas. Bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik dan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (Konferensi Bandung), pidato Li Qiang menggambarkan masa depan dua negara yang semakin erat dan setara dalam kerja sama ekonomi, strategis, dan sosial budaya.
Hubungan yang Kian Solid dari Puncak ke Akar Rumput
Li Qiang menyoroti bahwa dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Tiongkok-Indonesia terus naik ke level baru, terutama berkat strategi para pemimpin kedua negara. Ia menyebutkan bahwa komunikasi erat antar pemimpin nasional telah membuahkan kolaborasi konkret di berbagai bidang.
“Kita telah membangun fondasi kemitraan yang saling menguntungkan, stabil, dan terbuka,” ujar Li Qiang.
Hubungan yang dulunya berbasis pada perdagangan dan investasi kini berkembang menjadi kemitraan komprehensif, mencakup infrastruktur, teknologi, pendidikan, hingga pertukaran budaya.
Simbol Keberhasilan: Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) menjadi ikon utama keberhasilan kolaborasi strategis. Li Qiang dengan bangga menyampaikan bahwa hingga kini, proyek ini telah melayani hampir 10 juta penumpang sejak beroperasi, serta menjadi simbol transformasi infrastruktur Indonesia dan teknologi tinggi Tiongkok.
“Kereta cepat bukan hanya proyek transportasi, tapi simbol kepercayaan dan sinergi dua negara,” katanya.
Rekor Baru dalam Perdagangan
Li Qiang juga menyampaikan pencapaian luar biasa dalam perdagangan bilateral:
1. Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 12 tahun berturut-turut
2. Pada tahun 2024, volume perdagangan kedua negara mencapai USD 147,8 miliar, lebih dari dua kali lipat dibanding 12 tahun lalu
Peningkatan signifikan ini terjadi berkat akses pasar yang saling terbuka, ekspansi perusahaan Tiongkok di Indonesia, serta meningkatnya permintaan produk Indonesia di pasar Tiongkok.
Investasi & Industri: Menjawab Kebutuhan Pembangunan Nasional
Li Qiang menegaskan bahwa investasi Tiongkok di Indonesia telah berkembang ke sektor-sektor strategis, termasuk:
1. Manufaktur dan industri hilirisasi
2. Energi hijau dan transisi energi
3. Teknologi digital dan infrastruktur pintar
Dengan ini, Tiongkok tidak hanya menjadi penyedia dana, tetapi mitra dalam pembangunan kapasitas dan transformasi struktural Indonesia.
Pertukaran Budaya dan Generasi Muda
Dalam pidatonya, Li juga menyinggung pentingnya mempererat hubungan antarmasyarakat, termasuk di bidang pendidikan, pariwisata, media, dan kebudayaan.
Ia mendorong lebih banyak pertukaran mahasiswa, program magang lintas negara, dan kerja sama media untuk membangun persepsi yang saling menghormati dan positif.
“Hubungan dua negara yang kokoh tidak hanya dibangun oleh pemerintah, tetapi oleh rakyat kedua bangsa,” katanya.
Menuju Masa Depan Bersama
Li Qiang menutup pidatonya dengan optimisme tinggi, menyebut bahwa Tiongkok dan Indonesia adalah dua kekuatan utama di Global South yang dapat bersama-sama membentuk tatanan dunia yang adil, damai, dan sejahtera.
“Mari kita jadikan momen bersejarah ini sebagai titik awal menuju masa depan bersama. Sebuah masa depan yang penuh peluang, persahabatan, dan kemajuan,” ujar Li.
Pidato Li Qiang menunjukkan bahwa hubungan Tiongkok dan Indonesia bukan sekadar kerja sama dagang, melainkan kemitraan strategis menyeluruh yang berbasis kepercayaan, nilai bersama, dan visi jangka panjang. Di tengah dunia yang berubah cepat, kolaborasi kedua negara menjadi contoh nyata diplomasi konstruktif Asia. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement
