Presiden China Xi Jinping bersama Presiden Portugal, Marcelo - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Lisbon, Bolong.id - Para pemimpin Portugis mengkritik Duta Besar AS di sana, George Glass setelah dia mengatakan bahwa mereka harus memilih antara Amerika Serikat dan Tiongkok atau mengambil risiko konsekuensinya.
Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa mengatakan kepada wartawan pada Senin (28/9/20): "Di Portugal berarti perwakilan yang dipilih oleh Portugis. Mereka sendiri yang memutuskan nasib mereka, menghormati konstitusi dan hak yang diberikan kepada mereka."
Glass mengatakan kepada surat kabar Expresso pada akhir pekan, Portugal harus memilih antara "teman dan sekutu", Amerika atau "mitra ekonominya", Tiongkok. Ia menggambarkan negara itu sebagai "medan perang" antara Washington dan Beijing.
Portugal mungkin bisa menduga konsekuensi terkait keamanan dan pertahanan jika memilih untuk bekerja dengan Tiongkok daripada Amerika Serikat dalam perkembangan terkait jaringan 5G dan lainnya, katanya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Augusto Santos Silva mengatakan kepada kantor berita Lusa: "Di Portugal pembuat keputusan adalah pihak berwenang Portugis, yang memutuskan kepentingan Portugal".
Tiga perusahaan yang mendominasi pasar ponsel Portugal telah mengatakan mereka tidak akan menggunakan teknologi Huawei di jaringan 5G inti mereka, tetapi pemerintah Portugis tidak melarang grup Tiongkok tersebut untuk memasok infrastruktur.
Tiongkok memasukkan Portugal ke dalam inisiatif Belt and Road pada Desember 2018 dan dalam beberapa tahun terakhir perusahaan Tiongkok telah menginvestasikan sekitar EUR 10 miliar di negara itu (sekitar Rp174,7 triliun), menjadikannya salah satu penerima investasi Tiongkok terbesar di Eropa.
Beberapa perusahaan Portugis telah membuka pintu bagi investasi Tiongkok.
China Three Gorges milik negara memiliki 23% saham di EDP (Energias de Portugal) utilitas utama Portugal dan bulan lalu pembangun terbesar negara itu, Mota-Engil mengatakan hampir mencapai kesepakatan untuk menjual 30% saham perusahaan tersebut kepada China Communications Construction Co. (*)
Advertisement