Li Mengyan, Virologis Tiongkok - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id - Meskipun bukti ilmiah yang tak terhitung jumlahnya ditemukan di semua negara besar di seluruh dunia, beberapa orang tidak percaya bahwa virus Corona di balik pandemi COVID-19 bukanlah buatan manusia.
Di antara orang-orang ini adalah Yan Limeng (闫丽梦), atau Li-Meng Yan, demikian Fox News menyebutnya. Dia menerbitkan "laporan Yan", mengklaim COVID-19 adalah senjata biologis buatan laboratorium dari pemerintah Tiongkok, ujar Gong Zhe, Editor Senior Sci-tech di CGTN Digital, dilansir dari CGTN.
Gong Zhe mengatakan, cukup mengejutkan baginya untuk mengetahui bahwa masih ada ribuan orang yang mendukung klaim semacam itu di YouTube, di bawah video Yan (闫) yang mengambil wawancara dari Fox News.
Sangat aneh juga pengguna Twitter dan Facebook, yang keduanya memblokir fungsi iklan berbayar CGTN, mengklaim bahwa platform teknologi besar itu sejalan dengan Tiongkok dan menandai video Fox News sebagai berita palsu.
Orang-orang ini mengatakan platform tersebut menyebarkan berita palsu dari Tiongkok. Orang-orang dari platform yang sama mengatakan pemeriksa berita palsu yang baru dipasang dibuat untuk membantu Tiongkok. Sangat sulit untuk mendapatkan logika yang mendasari klaim tersebut.
Mengutip dari CGTN, Gong Zhe dan koleganya telah berusaha keras dalam beberapa bulan terakhir untuk menjangkau setiap ahli virologi yang ia kenal, hanya untuk menemukan bahwa hampir semuanya dapat memberikan data uji laboratorium dan bukti virologi bahwa virus itu cukup alami.
Mungkin dalam benak para pendukung Yan (闫), dia adalah satu-satunya ahli virologi yang ada, dan argumen balasan yang dibuat oleh ahli virologi lain dari seluruh dunia, termasuk negara asal pendukung, pasti salah.
Ia juga telah mengidentifikasi beberapa ilmuwan yang mengklaim dirinya sendiri, baik di dalam maupun di luar Tiongkok, dengan mengatakan virus itu adalah senjata buatan manusia baik oleh pemerintah Tiongkok, atau pemerintah AS.
“Mungkin beberapa dari pembaca kami (CGTN Digital) tidak mengetahui seperti apa makalah studi itu dan menganggap laporan Yan tampaknya cukup ilmiah. Tetapi makalah yang kami temukan tersebar di internet tidak diterbitkan pada jurnal tingkat atas seperti Science atau Nature, tidak menyebutkan nama penulisnya, dan belum melalui proses standar "peer-review" yang diperlukan untuk makalah penelitian apa pun untuk diterima oleh komunitas sains.”
Kristian Andersen, dan peneliti independen penyakit menular dari California, AS, menunjukkan laporan Yan adalah "poppycock yang didandani sebagai 'sains'" dan menjelaskan alasannya.
Banyak laporan media lainnya menunjukkan penelitian Yan didukung oleh Steve Bannon, mantan kepala strategi Gedung Putih yang dipecat oleh Donald Trump karena 'kehilangan akal sehatnya'.
Bannon telah ditangkap dan didakwa melakukan penipuan.
National Geographic juga menulis laporan yang menjelaskan trik yang digunakan ilmuwan palsu untuk memaksakan ide yang salah ke benak pembaca.
“Kami juga telah melaporkan banyak penelitian yang masih dalam tinjauan sejawat, dan kami selalu berusaha memperingatkan pembaca kami tentang fakta ini,” ujar Gong Zhe. (*)