Lama Baca 4 Menit

China Gabung Program Vaksin COVAX WHO yang Ditolak Trump

12 October 2020, 10:52 WIB

China Gabung Program Vaksin COVAX WHO yang Ditolak Trump-Image-1

China Gabung Program Vaksin COVAX WHO yang Ditolak Trump - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Tiongkok telah bergabung dengan skema global untuk distribusi vaksin COVID-19 yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat (9/10/2020). Tindakan yang diambil Tiongkok ini memberikan dorongan besar pada inisiatif yang dijauhi oleh Presiden AS Donald Trump tersebut.

Upaya terbaru Beijing untuk bergabung dalam perang global melawan COVID-19 menyusul kritik atas penanganan pandemi. Kritik tersebut telah berkontribusi munculnya pandangan yang tidak menguntungkan tentang Tiongkok di negara-negara maju.

"Kami mengambil langkah konkret ini untuk memastikan distribusi yang adil dari vaksin, terutama ke negara berkembang, dan berharap negara yang lebih mampu juga akan bergabung dan mendukung COVAX," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying (华春莹) dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters, Sabtu (10/10/2020).

Pernyataan itu tidak merinci dukungan apa yang akan diberikan Beijing kepada program COVAX. Program yang dicetuskan oleh WHO tersebut bertujuan untuk memberikan setidaknya 2 miliar dosis vaksin pada akhir tahun 2021.

Pada bulan Mei 2020, Presiden Tiongkok Xi Jinping (习近平) menjanjikan USD2 miliar (sekitar Rp29,37 triliun) selama dua tahun ke depan untuk mengatasi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1 juta orang tersebut.

Tiongkok, tempat virus pertama kali dilaporkan akhir tahun 2019 lalu, juga sedang dalam pembicaraan dengan WHO agar vaksin buatan dalam negeri mereka dinilai untuk penggunaan internasional.

Sementara itu, sebanyak 171 negara telah bergabung dalam program untuk mendukung akses yang adil terhadap vaksin COVID-19 untuk negara kaya dan miskin ini. Peserta termasuk sekitar 76 negara kaya dan swadaya, tetapi baik Amerika Serikat maupun Rusia tidak mendaftar.

COVAX dipimpin bersama oleh aliansi vaksin GAVI, WHO dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations; CEPI). Program ini dirancang untuk mencegah pemerintah nasional menimbun vaksin COVID-19 dan untuk fokus pada vaksinasi pertama orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara.

"Kesepakatan vaksin sedang berlangsung dan kami dengan cepat mendekati target penggalangan dana awal kami untuk memulai dukungan bagi negara-negara berpenghasilan rendah," pungkas kepala eksekutif GAVI, Dr Seth Berkley dalam sebuah pernyataan.

“Apa yang tampak seperti tantangan yang mustahil beberapa bulan yang lalu, memastikan setiap negara, kaya atau miskin, mendapatkan akses yang adil dan cepat ke vaksin COVID-19, sekarang menjadi kenyataan.”

Langkah itu juga berarti Tiongkok akan mendapatkan vaksin melalui fasilitas tersebut bagi sebagian dari populasi mereka sendiri, seperti halnya negara lain, kata juru bicara GAVI. Di sisi lain, pihak Kemenlu juga mengatakan bahwa Tiongkok memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat vaksin COVID-19 dan akan memprioritaskan pasokan ke negara berkembang jika sudah siap.

Tiongkok saat ini memiliki setidaknya empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis. Dua sedang dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) yang didukung negara, dan dua lainnya oleh Sinovac Biotech dan CanSino Biologics. (*)