Lama Baca 3 Menit

China Buat Kesepakatan Baru dengan Uni Eropa

17 December 2020, 10:30 WIB

China Buat Kesepakatan Baru dengan Uni Eropa-Image-1

China Buat Kesepakatan Baru dengan Uni Eropa - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Negosiasi ke-35 untuk perjanjian investasi Tiongkok-Uni Eropa (UE) akan berakhir pada hari Jumat (18/12/2020) dan diharapkan akan ditandatangani pada akhir tahun 2020. Kesepakatan ini penting untuk mengikat erat kepentingan ekonomi Tiongkok dan UE sebelum Joe Biden secara resmi mengambil sumpahnya sebagai presiden Amerika Serikat (AS) di Januari mendatang.

Gao Feng, juru bicara Kementerian Perdagangan, mengatakan bahwa Tiongkok dan UE berada di tengah-tengah negosiasi ke-35 perjanjian investasi Tiongkok-UE. Kedua belah pihak bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan oleh para pemimpin kedua belah pihak, dilansir dari Global Times, Kamis (17/12/2020).

Menurut Cui Hongjian, direktur Departemen Kajian Eropa di Institut Kajian Internasional Tiongkok, UE memiliki daftar masalah yang panjang dengan AS setelah Biden menjabat. Masalah tersebut termasuk perdagangan, pajak layanan digital, tarif karbon, anggaran NATO, hubungan dengan Turki, dan kesepakatan nuklir Iran.

Namun, prioritas utama untuk pemerintahan Biden yang baru adalah masalah domestik, sehingga AS tidak akan  dengan cepat menyelesaikan masalah dengan UE. Hal ini memungkinkan Tiongkok untuk meningkatkan kerja sama dengan UE.

"Tiongkok siap untuk beberapa perubahan dari UE. Kami berharap perdagangan, perjanjian investasi, dan kerja sama lain yang ada tidak akan terpengaruh," kata Cui.

UE akan mendapatkan keuntungan dari Tiongkok dengan menandatangani perjanjian ini karena akan membuat pasar Tiongkok jauh lebih terbuka untuk UE. Akan tetapi, sekarang UE percaya bahwa Tiongkok juga sangat menginginkan perjanjian ini karena dapat membuat Tiongkok lebih aman di bawah tekanan dan perang dagang dengan AS. Cui menambahkan bahwa pemerintahan AS yang dijalankan oleh elit mapan dapat membuat UE lebih tegas dalam negosiasi dengan Tiongkok.

Wang mengatakan UE akan memahami bahwa Tiongkok adalah pasar terbesar dan paling stabil di dunia di tengah pandemi COVID-19 dan era pasca pandemi. Oleh sebab itu, UE akan berhati-hati dengan kebijakan AS dan tidak akan  bermusuhan dengan Tiongkok.

“Cepat atau lambat, UE akan memahami bahwa multilateralisme yang diusulkan oleh pemerintahan Biden sebenarnya adalah multilateralisme di bawah kepemimpinan AS. Jika AS tidak dapat memimpin seluruh sistem, maka akan kembali ke unilateralisme.” Wang menambahkan bahwa multilateralisme yang diusulkan oleh Tiongkok adalah nyata dan lebih dekat dengan yang ada di jantung UE. (*)