Lama Baca 2 Menit

WHO Desak Agar Tidak Mengandalkan Herd Immunity

20 August 2020, 19:01 WIB

WHO Desak Agar Tidak Mengandalkan Herd Immunity-Image-1

World Health Organization -  Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Jakarta, Bolong.id – Dilansir  China Daily, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperingatkan pada Selasa (19/8/20), agar tidak menggantungkan harapan pada herd immunity (kekebalan kelompok) sebagai penyelamat untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di masa mendatang.

Dikutip The New York Times, beberapa ilmuwan mengatakan, bahwa ambang batas untuk mencapai herd immunity kemungkinan jauh lebih rendah daripada yang diprediksi sebelumnya, yakni 70%. Mereka menyebutkan bisa 50% bahkan mungkin lebih sedikit.

Mike Ryan, direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada yang tahu tingkat yang diperlukan untuk mencapai herd immunity untuk COVID-19.

“Saat ini masih jauh dari tingkat kekebalan yang diperlukan untuk menghentikan penularan COVID-19,” tambahnya. Semua orang di dunia harus fokus menekan penularan dan jangan berharap dulu herd immunity bisa menjadi penyelamat.

Maria Van Kerkhove, technical lead WHO tentang COVID-19, mengatakan dari studi yang dilakukan sejauh ini menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen populasi di dunia memiliki bukti antibodi terhadap COVID-19. Tingkat itu bisa naik hingga 20 hingga 25 persen.

"Tapi sekali lagi, itu berarti sebagian besar penduduk masih rentan," tambah Van Kerkhove. Kita harus tetap fokus pada hal-hal dasar, seperti penemuan kasus, isolasi, pelacakan kontak, dan karantina.

Bruce Aylward, penasihat senior Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyarankan bahwa tingkat vaksinasi harus jauh lebih tinggi karena vaksin hanya dapat bekerja pada 50 persen atau 80 persen orang.

Di sisi lain, Anders Tegnell arsitek strategi Swedia berulang kali menegaskan bahwa tujuan pemerintah bukanlah untuk mencapai herd immunity yang cepat, melainkan untuk memperlambat penyebaran virus COVID-19 sehingga layanan kesehatan dapat mengatasinya. (*)