
Beijing, Bolong.Id - Ilmuwan Tiongkok menemukan penghambat sindrom pelepasan sitokin (Cytokine Release Syndrome/ CRS) akibat imunoterapi kanker.
Dilansir dari 新华网, Jumat (29/09/2023) CRS, juga dikenal sebagai badai sitokin, adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh.
Hal ini terjadi sebagai efek buruk dari jenis imunoterapi tertentu, seperti terapi sel CAR T, yang secara efisien dapat mengobati tumor ganas sekaligus menstimulasi sel kekebalan untuk melepaskan banyak sitokin inflamasi, sehingga menyebabkan CRS.
Pasien dengan CRS menunjukkan gejala seperti demam, hipotensi, kegagalan organ, dan bahkan kematian pada kasus yang parah.
Pilihan pengobatan saat ini adalah dengan menyuntikkan antibodi interleukin-6 (IL-6), suatu sitokin proinflamasi.
Namun, obat ini tidak dapat disuntikkan sebelum terjadinya CRS, jika tidak, kadar normal IL-6 dalam tubuh akan terpengaruh.
Para ilmuwan dari Pusat Nanosains dan Teknologi Nasional mengembangkan hidrogel peka suhu yang terkonjugasi dengan antibodi IL-6.
Ini dapat disuntikkan terlebih dahulu dan secara signifikan mengurangi kadar IL-6 ketika CRS yang diinduksi oleh sel CAR T terjadi.
Hidrogel yang ditanamkan bekerja seperti "spons" dengan menyerap IL-6 hanya ketika kadarnya naik di atas normal, sehingga mencegah terjadinya CRS, menurut makalah tersebut.
Ia menambahkan bahwa “spons” tersebut tidak mempengaruhi kemanjuran antitumor imunoterapi dan dapat dengan mudah dikeluarkan dengan jarum suntik.(*)
Advertisement
