Lama Baca 3 Menit

Panel Pakar Bentukan WHO Kembali Lontarkan Kritik Pada Penanganan COVID-19 Dunia

21 January 2021, 13:12 WIB

Panel Pakar Bentukan WHO Kembali Lontarkan Kritik Pada Penanganan COVID-19 Dunia-Image-1

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus - Gambar diambil dari internet. Semua keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami.

Jenewa, Bolong.id – Pakar dari World Health Organization (WHO) Senin (18/1/2021) menilai, Tiongkok kurang cepat membendung wabah di awal virus corona. Panel pakar tersebut juga mempertanyakan apakah WHO kurang cepat dalam mengangkat pandemi ini sebagai keadaan darurat internasional.

Panel yang dipimpin mantan presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan mantan perdana menteri (PM) Selandia Baru Helen Clark ini memandang adanya kesempatan yang kurang dimanfaatkan untuk mengatur langkah kesehatan publik secara mendasar secepatnya.

“Bagi panel yang jelas adalah langkah kesehatan publik bisa diterapkan lebih tegas oleh otoritas kesehatan nasional dan lokal di Tiongkok pada Januari, tidak lama setelah virus corona mulai membuat sakit sekelompok orang,” sebut laporan panel tersebut.

Panel juga menyayangkan langkah kesehatan masyarakat yang tidak dilakukan secepatnya di setiap negara dengan kemungkinan paparan virus, meski negara-negara tersebut telah menemukan kasus sejak akhir Januari 2020.

“Kenyataannya adalah hanya sebagian kecil negara yang memanfaatkan sepenuhnya informasi yang tersedia bagi mereka untuk menanggapi bukti pandemi yang muncul,” jelas panel tersebut.

Alasan WHO tidak segera mengumumkan status darurat kesehatan masyarakat global lebih cepat sebagai peringatan tertinggi pun juga dipertanyakan. Pertanyaan ini timbul dari fakta terkait tidak dikategorikannya pandemi sebagai keadaan darurat internasional hingga seminggu setelah komite darurat digelar pada 22 Januari 2020.

“Satu lagi pertanyaan adalah apakah itu akan membantu jika WHO menggunakan kata pandemi lebih awal dari sebenarnya,” imbuhnya.

WHO sendiri baru menyebut wabah COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, yaitu beberapa minggu setelah virus tersebut mulai menyebar secara masif di berbagai belahan dunia. Sebabnya, menurut WHO, saat itu komite pakar terpecah pandangannya terkait bagaimana menanggapi situasi keadaan darurat yang sedang dihadapi dunia itu. (*)

Esy Gracia/Penulis


BACA JUGA