Ilustrasi Vaksinasi COVID-19 - Image from berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Sudah lebih dari satu tahun dunia mengenal virus COVID-19. Berbagai negara pun berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin sebagai senjata melawan virus yang sudah menjadi pandemi ini. Saat ini, sudah ada 9 vaksin hasil kembangan perusahaan farmasi dan pemerintah yang disetujui untuk penggunaan darurat maupun digunakan secara penuh.
Agar lebih paham, yuk kenali 9 vaksin corona dan tinjau keampuhannya sebagaimana dikutip dari The New York Times berikut ini:
1. Pfizer-BioNTech
Negara: Amerika Serikat-Jerman
Nama vaksin: Comirnaty (juga dikenal sebagai tozinameran atau BNT162b2)
Efisiensi: 95%
Dosis: 2 dosis, selang 3 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Penyimpanan freezer di suhu -25°C hingga -15°C)
Disetujui untuk digunakan di: Bahrain, Brasil, Selandia Baru, Arab Saudi, Swiss.
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Argentina, Australia, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Uni Eropa, Hong Kong, Islandia, Irak, Israel, Jepang, Yordania, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Meksiko, Moldova Baru, Mongolia, Norwegia, Oman, Panama, Peru, Filipina, Qatar, Serbia, Singapura, Tunisia, Uni Emirat Arab, Inggris Raya, Amerika Serikat (Validasi penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)).
Vaksin dari perusahaan Pfizer Inc yang berbasis di New York, Amerika Serikat ini merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech SE. Vaksin ini adalah vaksin pertama yang mencapai tingkat kemanjuran lebih dari 90%. Vaksin dengan nama generik tozinameran dan bermerek dagang Comirnaty ini mulai dikembangkan pada Januari 2020 dan diuji klinis pada Mei 2020.
Untuk memproduksi vaksin ini, para peneliti BioNTech harus membuat molekul genetik messenger RNA (mRNA) terlebih dahulu. Kemudian, instruksi genetik ini diberikan kepada mRNA tersebut sehingga memicu pembentukan protein virus corona yang dikenal sebagai spike. Akhirnya, ketika disuntikkan ke dalam sel, vaksin ini akan membuat protein lonjakan yang dilepaskan ke tubuh dan memicu respons dari antibodi.
2. Moderna
Negara: Amerika Serikat
Nama vaksin: mRNA-1273
Efisiensi: 94,5%
Dosis: 2 dosis, selang 4 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: 30 hari dengan pendingin, 6 bulan pada -20°C
Disetujui untuk digunakan di: Swiss
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Kanada, Uni Eropa, Islandia, Israel, Mongolia, Norwegia, Qatar, Singapura, Inggris Raya, Amerika Serikat.
Vaksin Moderna merupakan hasil kolaborasi perusahaan bioteknologi Moderna bersama Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) yang merupakan bagian dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS. Vaksin ini adalah vaksin kedua yang mencapai tingkat keberhasilan di atas 90%.
Seperti vaksin Pfizer-BioNTech, vaksin perusahaan yang berbasis di Cambridge ini juga menggunakan mRNA. Meski Moderna telah banyak meneliti vaksin mRNA untuk berbagai penyakit sebelumnya, baru sejak Januari lalu mereka mengembangkan vaksin virus corona yang layak dipasarkan.
3. Gamaleya
Negara: Rusia
Nama vaksin: Sputnik V (juga dikenal sebagai Gam-Covid-Vac)
Efisiensi: 91,6%
Dosis: 2 dosis, selang 3 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Penyimpanan freezer. Namun sedang mengembangkan formulasi alternatif yang dapat didinginkan di lemari es.
Penggunaan awal di: Rusia
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Aljazair, Argentina, Armenia, Bahrain, Belarusia, Bolivia, Republik Serbia Bosnia, Mesir, Honduras, Gabon, Ghana, Guatemala, Guinea, Guyana, Hongaria, Iran, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Lebanon, Meksiko, Moldova, Mongolia , Montenegro, Myanmar, Nikaragua, Pakistan, Otoritas Palestina, Paraguay, San Marino, St. Vincent dan Grenadines, Serbia, Suriah, Tunisia, Turkmenistan, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Venezuela.
Vaksin Gamaleya dikembangkan oleh Institut Penelitian Gamaleya, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Menurut hasil uji coba tahap 3 mereka yang terbit 2 Februari lalu, tingkat efektivitas vaksin ini mencapai 91,6%.
Gamaleya memproduksi vaksin Gam-Covid-Vac dengan mengkombinasikan dua adenovirus yang disebut Ad5 dan Ad26. Penggabungan ini bertujuan untuk menghindari situasi di mana sistem kekebalan tubuh mengenali vaksin sebagai benda asing yang perlu dimusnahkan.
Adapun sebenarnya kedua adenovirus itu telah diuji sebagai vaksin penyakit sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, penggunaan Ad5 dan Ad26 untuk vaksin corona sendiri baru diuji klinis pada Juni 2020. Sejak disetujui oleh otoritas kesehatan Rusia pada 11 Agustus 2020, yaitu bahkan sebelum uji coba fase 3 dimulai, vaksin ini berganti nama menjadi Sputnik V.
4. Oxford-AstraZeneca
Negara: Inggris
Nama vaksin: AZD1222 (dikenal pula sebagai Covishield di India)
Efisiensi: 82,4% untuk dosis dipisahkan oleh 12 minggu
Dosis: 2 dosis
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Stabil di lemari es selama minimal 6 bulan
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Aljazair, Argentina, Australia, Bangladesh, Bhutan, Brasil, Kanada, Cile, Kolombia, Republik Dominika, Mesir, El Salvador, Uni Eropa, Islandia, India, Irak, Kuwait, Maladewa, Meksiko, Moldova, Mongolia, Maroko, Nepal, Nigeria , Norwegia, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Seychelles, Sri Lanka, Afrika Selatan, Korea Selatan, Thailand, Inggris Raya, Vietnam. Validasi penggunaan darurat dari WHO.
Vaksin ini merupakan buah kerja sama para peneliti Universitas Oxford dengan perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca. Vaksin ini dikembangan dengan rekayasa genetika adenovirus yang biasa menjangkit simpanse. Ditemukan bahwa ketika vaksin ini diberikan kepada monyet, hewan tersebut terlindung dari penyakit.
Para peneliti mengamati bahwa tidak ada efek samping parah yang terdeteksi dalam uji coba dan menemukan bahwa vaksin AstraZeneca ini meningkatkan antibodi terhadap virus corona selain meningkatkan kekebalan lainnya. Karenanya, vaksin ini pun disetujui untuk penggunaan darurat di berbagai negara meski masih menuai banyak pertanyaan yang belum terjawab.
5. CanSino
Negara: Tiongkok
Nama vaksin: Convidecia (juga dikenal sebagai Ad5-nCoV)
Efisiensi: 65.28%
Dosis: Dosis tunggal
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Didinginkan di penyimpanan dingin
Disetujui untuk digunakan di: Tiongkok
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Meksiko, Pakistan.
Convidecia merupakan hasil kemitraan perusahaan Tiongkok CanSino Biologics dan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer Tiongkok. Vaksin yang didasarkan pada adenovirus Ad5 ini telah disetujui pemerintah Tiongkok untuk digunakan secara umum sejak 25 Februari 2021 meski memiliki tingkat kemanjuran 65,28% terhadap semua gejala infeksi COVID-19.
6. Johnson & Johnson
Negara: Amerika Serikat dan Belgia
Nama vaksin: Ad26.COV2.S
Efisiensi: 72% di Amerika Serikat, 64% di Afrika Selatan,
61% di Amerika Latin
Dosis: 1 dosis
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Hingga dua tahun dibekukan pada suhu -20°C dan hingga tiga bulan disimpan pada suhu 2-8°C.
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Bahrain, AS.
Johnson & Johnson merupakan salah satu perusahaan farmasi terkemuka di AS. Perusahaan ini menerima US$ 456 juta dari pemerintah AS pada Maret 2021 untuk mengembangkan vaksin virus corona. Hal ini menjadi wajar mengingat Johnson & Johnson sendiri memiliki pengalaman mengembangkan vaksin virus Ebola dan beberapa penyakit lainnya dengan dasar adenovirus Ad26, teknik yang dapat diterapkan pada pembuatan vaksin COVID-19.
Setelah terbukti berhasil memberikan perlindungan dalam eksperimen pada monyet, Johnson & Johnson memulai uji coba Fase 1 dan 2 pada bulan Juli 2020. Pada 29 Januari 2021 lalu, Johnson & Johnson pun mengumumkan bahwa uji coba klinis telah membuktikan keamanan dan efektivitas vaksin.
7. Sinopharm
Negara: Tiongkok
Nama vaksin: BBIBP-CorV
Efisiensi: 72.51%
Dosis: 2 dosis, selang 3 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Disetujui untuk digunakan di: Bahrain, Tiongkok, Uni Emirat
Arab.
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Argentina, Kamboja, Mesir, Guyana, Hongaria, Irak, Yordania, Nepal, Pakistan, Peru.
Disetujui untuk penggunaan terbatas di: Serbia, Seychelles.
Vaksin ini sebenarnya bermula dari penelitian vaksin virus corona oleh Institut Produk Biologi Beijing yang tidak aktif. Penelitian ini kemudian diadopsi ke dalam uji klinis oleh BUMN Tiongkok, Sinopharm. Setelah dinyatakan memiliki efektivitas 79,34% pada 30 Desember lalu, vaksin ini kemudian memperoleh persetujuan penggunaan oleh pemerintah Tiongkok.
Pada uji coba tahap 3, Sinopharm kemudian merevisi keampuhan vaksin ini menjadi 72,51% meskipun hasil rinci dari eksperimen tersebut belum dipublikasi. Pun demikian, pasca diberikannya persetujuan darurat penggunaan Sinopharm, vaksin ini telah disuntikan ke banyak pejabat pemerintah, petugas kesehatan, dan kelompok terpilih lainnya. Bahkan, pada November 2020, ketua perusahaan Sinopharm mengaku hampir satu juta orang di Tiongkok telah menerima vaksin tersebut.
8. Sinovac
Negara: Tiongkok
Nama vaksin: CoronaVac (sebelumnya PiCoVacc)
Efisiensi: 50.38%
Dosis: 2 dosis, selang 2 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Didinginkan di penyimpanan dingin
Disetujui untuk digunakan di: Tiongkok.
Disetujui untuk penggunaan darurat di: Azerbaijan, Brasil, Chili, Kolombia, Ekuador, Hong Kong, Indonesia, Laos, Meksiko, Filipina, Thailand, Turki, Uruguay.
CoronaVac merupakan vaksin yang diproduksi perusahaan swasta asal Tiongkok pada awal 2020. Di tahun 2021, vaksin ini diuji klinis di Brasil, Indonesia, dan Turki dan menunjukkan hasil yang positif dalam perlindungan dari virus corona.
Akan tetapi, meski telah disetujui penggunaannya oleh Tiongkok dan negara-negara lain, tingkat kemanjuran vaksin Sinovac ini masih belum dapat dipastikan. Sinovac pun belum menerbitkan detail penelitian vaksin ini dalam jurnal medis apapun.
9. Novavax
Negara: Amerika Serikat
Nama vaksin: NVX-CoV2373
Efisiensi: 89,3% terhadap sebagian besar varian
Dosis: 2 dosis, selang 3 minggu
Jenis vaksin: Injeksi otot
Cara penyimpanan: Stabil di lemari es
Novavax, Inc., perusahaan pengembangan vaksin yang berkantor pusat di Gaithersburg, Maryland, AS membuat vaksin dengan menempelkan protein ke partikel mikroskopis. Dengan demikian, vaksin ini dimasukkan melalui penularan sejumlah penyakit yang berbeda.
Perusahaan ini memperoleh dana sebesar US$ 384 juta oleh Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) AS dan US$ 1,6 miliar lagi dari pemerintah AS untuk pembuatan dan uji klinis vaksin corona buatannya. Hasilnya, setelah meluncurkan uji coba pada Mei 2020 lalu, Novavax mengumumkan pada 18 Februari 2021 bahwa mereka akan memasok 1,1 miliar dosis vaksin kepada COVAX, sebuah konsorsium yang mengupayakan pendistribusian vaksin ke semua negara di dunia.
Adapun vaksin Novavax itu sendiri masih berada pada tahap percobaan di beberapa negara dan belum mengantongi izin penggunaan baik secara darurat maupun resmi di negara manapun. (*)
Advertisement