PPI Nanjing di Acara 2016 - Image from Mahasiswaindonesia.id
Nanjing, Bolong.id -70 tahun sudah hubungan Tiongkok dan Indonesia berjalan. Sikap saling dukung kedua negara ini harmonis. Meskipun pada 1967 sempat surut karena sikap anti-komunis Presiden Soeharto. Karena hal itulah stigma negatif etnis Tionghoa melekat, hingga kini.
Setiap orang pasti tidak ingin mengalami diskriminasi ketika tinggal di suatu tempat, baik diskriminasi terhadap ras maupun agama.
Maka, Peran pelajar sangat dibutuhkan untuk menjadikan dua Negara ini semakin erat dalam hubungan kerjasama baik di bidang goverment to goverment ataupun People-to-people.
Mahasiswa Indonesia yang notabene di Tiongkok sudah membuktikan dengan baik, pada wadah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok atau pun dengan wadah yang berbau agamis seperti Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok. Mereka semua membuktikan bagaimana peran penting memperkuat segala sesuatu tentang Hubungan antara Indonesia-Tiongkok.
Hubungan people-to-people, sering digaungkan oleh mahasiswa PPI Tiongkok. Mereka yakin bisa mengenalkan Indonesia ke kancah Internasional, di tengah Tiongkok.
Merebaknya pandemi tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap berkontribusi untuk negara, contohnya PPIT Nanjing yang mengadadakan Focus Group Discussion yang pesertanya dari berbagai negara.
Ini bertujuan untuk mengadakan kajian pandangan diaspora terhadap perkembangan revolusi industry 5.0 dan di akhiri dengan webinar yang di hadiri oleh Atase Pendidikan KBRI Beijing Yaya Sutarya dan juga Asisten Stafsus RI Romzi Ahmad. Dilansir dari Kumparan, Sabtu (05/12/2020).
Tidak asing lagi bagi mahasiswa Indonesia di Tiongkok untuk selalu membangun ukhwah antar bangsa, karena selama 70 tahun hubungan bilateral berjalan.
Peneliti Pusat Kewilayahan LIPI, Paulus Rudolf Yuniarto, juga menerangkan people-to-people connection bertujuan mengembangkan berbagai inisiatif dalam mendukung pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, mendorong kegiatan ekonomi, mendukung pertukaran budaya dan agama, mempromosikan pariwisata nasional, dan kebutuhan praktis lainnya, dalam webinar P-to-P Connection Indonesia-Tiongkok. (*)
