Lama Baca 5 Menit

Vaksin AS VS China, Mana yang lebih efektif?

15 December 2020, 12:13 WIB

Vaksin AS VS China, Mana yang lebih efektif?-Image-1

Vaksin - Image from detik.net

Beijing, Bolong.id - Sejak pandemi COVID-19, semua orang menantikan peluncuran vaksin. Pada 11 Desember, waktu setempat, FDA AS menyetujui otorisasi darurat untuk penggunaan vaksin corona yang bekerja sama dengan Pfizer/BioNTech/Fosun Pharmaceutical. Sebelumnya, pada (03/12) lalu, Departemen Kesehatan Inggris telah mengeluarkan izin darurat untuk impor vaksin COVID-19.

Kementerian Kesehatan dan Pencegahan UEA mengumumkan pendaftaran vaksin nonaktif yang diproduksi Tiongkok untuk melawan virus corona yang dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing dari Grup Sinopharm.

Dilansir Toutiao.com, sebelumnya, vaksin Tiongkok dipertanyakan oleh negara asing karena sedikitnya jumlah pasien yang menjalani uji coba di Tiongkok. Namun, sukarelawan Tiongkok di UEA secara aktif mendukung dan bekerja sama dengan uji coba tersebut, yang pada akhirnya mempromosikan kelancaran daftar vaksin Sinopharm di negara tersebut.

1. Mengumumkan validitas

Menurut data uji klinis Tahap III Pfizer, vaksin yang diimpor memiliki tingkat efektif 95%, sedangkan vaksin dalam negeri memiliki tingkat efektif 86%, dengan tingkat konversi antibodi penetral 99% dan efektivitas 100% dalam mencegah pneumonia koroner baru yang sedang dan berat. Tampaknya vaksin dalam negeri kurang efektif 9% dibandingkan dengan vaksin impor.

Namun, karena uji klinis Fase III yang diproduksi Tiongkok mencakup lebih banyak orang daripada vaksin impor, jumlah infeksi pada kelompok kontrol yang perlu dijangkau dalam desain berbeda. Sebenarnya, perbandingan tidak dapat hanya dilakukan dari efisiensi. Dari segi data penelitian saat ini, keduanya valid.

2. Keamanan

Selain efektivitas, keamanan vaksin selalu menjadi fokus perhatian. Vaksin dalam negeri mengadopsi teknologi klasik vaksin inaktif, teknologi ini menggunakan virus inaktif non infeksius untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi. Teknologi ini sudah berulang kali diverifikasi, banyak vaksin virus kita dibuat melalui teknologi ini, seperti vaksin hepatitis A, influenza, rabies, dll.

Dilihat dari data penelitian saat ini, tidak ada reaksi merugikan yang jelas. Vaksin yang diimpor menggunakan teknologi mRNA terbaru untuk memasukkan gen mRNA virus corona baru ke dalam sel inang. Setelah diserap oleh sel, selanjutnya akan mengekspresikan protein antigen, yang dapat menyebabkan respons imun humoral dan mediasi sel. Namun, ada penelitian sebelumnya tentang teknologi mRNA yang dapat menyebabkan sistem kekebalan manusia bereaksi berlebihan dan meningkatkan risiko, setelah itu, BioNTech dan perusahaan lain meningkatkan teknologi mRNA.

Namun, menurut pengarahan FDA, kejadian reaksi merugikan yang serius pada relawan vaksin Pfizer yang berbeda berkisar antara 0,0% hingga 4,6%. Yang dianggap terkait dengan vaksin termasuk cedera bahu, aritmia ventrikel, dan limfadenopati. Efek samping ini tidak serius, dan para ahli percaya bahwa itu adalah efek samping yang ringan.

Perlu dicatat bahwa FDA AS mengungkapkan bahwa dalam uji klinis vaksin Pfizer, sebanyak 21.720 relawan dalam kelompok vaksin mengalami 4 kasus kelumpuhan wajah (bell's palsy), dan 21.728 relawan dalam kelompok plasebo tidak memiliki penyakit. Untungnya, kelumpuhan wajah ini bersifat sementara, kembali normal dalam 3 minggu, dan menurut penilaian ahli, tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin dan kelumpuhan wajah ini.

3. Transportasi dan produksi

Teknologi kedua vaksin ini menentukan biaya waktu dan biaya produksi dan transportasi. Proses produksi vaksin dalam negeri jauh lebih lambat dibandingkan dengan vaksin impor. Sejauh menyangkut situasi saat ini, vaksin dalam negeri hanya bisa diproduksi puluhan juta sebulan, sementara vaksin Pfizer impor mengklaim outputnya akan mencapai 50 juta dosis pada 2020 dan 1,3 miliar dosis pada 2021.

Namun, karena vaksin Pfizer perlu disimpan dan diangkut pada suhu minus 70 derajat, dan terdapat masalah dalam rantai pasokan bahan baku, produksi dan pasokan akan dikenakan pembatasan tertentu. Namun, vaksin Tiongkok disimpan dan diangkut pada suhu 2-8°C dan terlindung dari cahaya, sehingga persyaratan penyimpanan dan pengangkutannya tidak terlalu tinggi, sehingga lebih cocok untuk negara berkembang. (*)