Lama Baca 3 Menit

AS Kembali Tuding Media China sebagai Alat Propaganda

23 October 2020, 13:19 WIB

AS Kembali Tuding Media China sebagai Alat Propaganda-Image-1

Ilustrasi - Image from Vonis

Tiongkok, Bolong.id - Tiongkok akan tegas menanggapi pernyataan Amerika Serikat (AS) yang (lagi) menunjuk enam media Tiongkok sebagai "misi asing". Ini dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian 赵立建, Kamis (22/10/20).

Analis menyatakan bahwa kebebasan pers tidak ada hubungannya dengan tuduhan AS. Dan, itu memicu perselisihan antara kedua negara. Demikian dilansir dari Global Times, Kamis (22/10/2020). 

Zhao pada hari Kamis mengatakan bahwa ini adalah tindakan keras dan stigmatisasi politik terbaru AS terhadap media dan jurnalis Tiongkok, dan Tiongkok akan membuat tanggapan yang dapat dibenarkan dan diperlukan.

Zhao mengatakan bahwa Tiongkok dengan tegas menentang dan mengutuk keras langkah terbaru AS, mengatakan bahwa tersebut didasarkan pada mentalitas Perang Dingin dan ideologi yang bias, yang sangat merusak reputasi dan citra media Tiongkok, dan secara serius mempengaruhi operasi normal media Tiongkok.

"Ini menyingkapkan kemunafikan dari apa yang disebut kebebasan pers yang dibanggakan AS," kata Zhao.

Zhao mendesak AS untuk segera memperbaiki kesalahannya dan menghentikan represi politik dan pembatasan yang tidak masuk akal terhadap media Tiongkok.

Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (waktu setempat) mengeluarkan sebuah tatanan baru yang menetapkan Yicai Global, Jiefang Daily, Xinmin Evening News, Social Sciences in China Press, Beijing Review, dan Economic Daily yang beroperasi di AS sebagai misi asing.

Langkah tersebut mengikuti penunjukan beberapa kantor berita yang dinilai sebagai “misi asing” pada 18 Februari, seperti  Xinhua News Agency, China Global Television Network, China Radio International, China Daily Distribution Corporation, and Hai Tian Development USA. Kemudia pada tanggal 22 Juni AS kembali menunjuk  China Central Television, China News Service, the People's Daily, and the Global Times sebagai “misi asing”