
Bolong.id - Pemerintah Tiongkok mengambil langkah baru untuk mengurangi tekanan akademik yang selama ini dirasakan para siswa. Melalui Kementerian Pendidikan, Tiongkok resmi mengeluarkan kebijakan untuk memangkas frekuensi ujian rutin di sekolah dasar dan menengah, sebagai bagian dari upaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan seimbang.
Dilansir dari 光明网 Rabu (17/12/25), dalam surat edaran terbaru, Kementerian Pendidikan menetapkan bahwa siswa kelas 1 dan 2 sekolah dasar tidak lagi diwajibkan mengikuti ujian tertulis. Kebijakan ini bertujuan memberi ruang bagi anak-anak usia dini untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Sementara itu, untuk jenjang pendidikan wajib lainnya, sekolah hanya diperbolehkan menyelenggarakan satu ujian akhir per semester. Adapun di tingkat sekolah menengah pertama (junior high school), ujian tengah semester masih dimungkinkan, tetapi hanya jika benar-benar dibutuhkan dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran.
Tak hanya mengatur jumlah ujian, pemerintah juga menaruh perhatian besar pada kualitas evaluasi pembelajaran. Soal-soal ujian diwajibkan selaras dengan standar kurikulum nasional dan praktik pengajaran di kelas. Jenis soal serta tingkat kesulitannya pun harus dirancang secara ilmiah agar mampu mengukur kemampuan siswa secara adil, tanpa menimbulkan tekanan berlebihan.
Kebijakan ini disambut sebagai langkah penting dalam reformasi pendidikan Tiongkok, yang selama ini dikenal dengan sistem akademik yang kompetitif. Dengan berkurangnya frekuensi ujian, diharapkan siswa dapat lebih fokus pada pemahaman materi, pengembangan karakter, serta keseimbangan antara belajar dan kehidupan pribadi.
Langkah Tiongkok ini juga menarik perhatian dunia internasional, terutama negara-negara yang tengah mencari model pendidikan yang tidak hanya menekankan prestasi akademik, tetapi juga kesehatan mental dan kebahagiaan siswa. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement
