Lama Baca 4 Menit

Vaksinasi COVID-19 Skala Besar Tidak Perlu di Tiongkok

14 September 2020, 13:58 WIB

Vaksinasi COVID-19 Skala Besar Tidak Perlu di Tiongkok-Image-1

Direktur CDC Gao Fu - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id - Karena Tiongkok telah berhasil mengendalikan penularan wabah COVID-19, tidak perlu vaksinasi COVID-19 skala besar, kata kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention; CDC) Tiongkok. 

“Sementara vaksin COVID-19 membuat terobosan besar baik di luar negeri maupun di dalam negeri, tidak perlu melakukan suntikan skala besar, mengingat infeksi pandemi di Tiongkok telah dikendalikan,” pungkas Direktur CDC Gao Fu (高福) pada pertemuan puncak vaksin yang diadakan di Shenzhen, Provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, Sabtu (12/9/2020).

Sebaliknya, Gao menyarankan agar vaksin dapat disuntikkan dengan hemat, memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan, seperti orang Tiongkok yang bekerja di negara-negara di mana risiko penularan tinggi, atau staf medis yang bekerja di bidang terkait COVID-19, dilansir dari Global Times, Senin (14/9/2020).

Sementara itu, sebagai seorang peneliti medis, Gao telah disuntik dengan vaksin COVID-19 eksperimental pada akhir Juli 2020 lalu, sebuah langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin di tengah penyebaran sentimen terhadap imunisasi.

“Orang-orang yang terlibat di sektor layanan publik seperti katering, keamanan publik, dan kebersihan, serta pejabat pemerintah dan staf sekolah juga direkomendasikan untuk mendapatkan suntikan vaksin,” kata Gao.

Ketika ditanya tentang biaya vaksin, Gao menjelaskan bahwa meskipun ia ingin vaksin tersebut diberikan kepada publik secara gratis, pemerintah Tiongkok harus mempertimbangkan keseimbangan antara kapasitas fiskal dan kebutuhan aktual untuk pencegahan dan pengendalian pandemi.

Menanggapi kekhawatiran atas kemungkinan efek peningkatan ketergantungan antibodi (antibody-dependent enhancement; ADE) yang dibawa oleh vaksinasi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam sistem respons kekebalan masyarakat dan menyebabkan penyakit memburuk alih-alih disembuhkan, Gao mengatakan bahwa ia tetap memegang sikap hati-hati tetapi optimis terhadap khasiat dan keamanan vaksin COVID-19.

"Karena belum pernah ada vaksin COVID-19 yang dikembangkan sebelumnya yang menjadikan kasus ini sebagai yang pertama dalam ilmu pengetahuan, ada kemungkinan bahwa hal itu dapat menyebabkan efek ADE seperti yang mungkin akan kita hadapi pertama kali," jelasnya.

Di lain sisi, para ahli mengatakan bahwa meskipun vaksin berguna dalam menghadapi pertempuran jangka panjang melawan COVID-19, masyarakat harus selalu waspada terhadap potensi kebangkitan kembali pandemi.

"Memutus penularan virus dengan mencuci tangan, memakai masker pelindung, dan menjaga jarak sosial selalu merupakan tindakan paling efektif melawan infeksi virus," kata Wang Guangfa (王广发), pakar pernapasan terkemuka Tiongkok di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking di Beijing, Minggu (13/9/2020).

Wang menunjukkan bahwa tidak seperti influenza yang biasanya mengalami insiden tinggi di musim dingin, risiko terinfeksi COVID-19 tetap tinggi selama 2-3 tahun ke depan, dan masyarakat harus mempersiapkan diri untuk hidup berdampingan dengan penyakit ini untuk jangka waktu yang lama. 

"Tetapi kemungkinan wabah pandemi lain di Tiongkok kecil, selama pemantauan epidemi dan sistem manajemen tetap waspada tinggi untuk mendeteksi dan menangani potensi bahaya pada waktu yang tepat," tambah Wang.