Lama Baca 5 Menit

Pakar Saraf Ekplorasi Mimpi, Begini...

16 March 2021, 16:23 WIB

Pakar Saraf Ekplorasi Mimpi, Begini...-Image-1Ilustrasi - Image from Internet


Jakarta, Bolong.id - Peneliti ilmu saraf baru-baru ini menemukan bahwa menganalisis mimpi, tidak sederhana. Memahami mimpi juga terkait orang suka membaca fiksi ilmiah. 

Dikutip dari Netease News (04/02/21), bayangkan, alien mengunjungi bumi Ketika dia melihat begitu banyak orang di bumi menghabiskan banyak waktu untuk beberapa hal yang tidak nyata dalam satu hari, dia pasti tidak mengerti dan merasa sangat aneh.

Manusia cenderung terlalu memperhatikan banyak hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti menonton serial, bermain video game, membaca novel fiksi ilmiah, dll. Jika dia dipaksa untuk menjelaskan, dia pasti akan mengira bahwa orang-orang di bumi adalah terlalu bodoh. 

Saya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya dari yang palsu. Jika alien ini tahu bahwa orang akan bermimpi saat mereka sedang tidur, dia pasti tidak akan bisa mengerti. Setiap mimpi adalah adegan fiktif. Bermimpi menghabiskan waktu dan energi, jadi mimpi itu harus bermakna dari sudut pandang evolusi biologis.

Lantas, di manakah makna cerita dalam mimpi yang belum pernah terjadi sebelumnya? Jika alien, seperti ilmuwan di planet kita, harus mengajukan hipotesis untuk setiap fenomena yang tidak dapat dijelaskan, ia mungkin mengatakan bahwa jika kita dapat mengidentifikasi beberapa dasar biologis untuk diimpikan oleh manusia, maka kita dapat membawanya lebih jauh. Menerapkan pada kecerdasan buatan ( mimpi buatan). 

Dari sudut pandang seorang ahli saraf, jika kita dapat menemukan beberapa bukti biologis bahwa tidur dan bermimpi dapat meningkatkan fungsi tertentu manusia dalam keadaan terjaga, itu pasti akan sangat membantu untuk rancangan kecerdasan buatan di masa depan. Jika hipotesis ini benar, ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa manusia menyukai fiksi ilmiah yang tidak nyata.

Teori Sigmund Freud, bahwa mimpi sangat erat kaitannya dengan perkembangan seksual dan psikologis seseorang, Dia percaya bahwa alasan mimpi adalah bahwa pengalaman traumatis awal menyebabkan orang menekan keinginan alaminya, yang secara alami akan muncul dalam mimpi. Meskipun penelitian selanjutnya sebagian menolak klaim ini, kemungkinan asosiasi ini telah mengakar kuat di benak orang.

Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian neuroimaging dan perilaku telah menyuntikkan vitalitas baru ke dalam studi tentang mekanisme biologis mimpi. Sekarang diyakini bahwa mimpi disebabkan oleh beberapa neuron di banyak jalur saraf otak, dan generasi mimpi tidak bergantung pada rangsangan eksternal dan masukan informasi. 

Bermimpi menempatkan orang dalam keadaan neurofisiologis khusus. Aktivitas neuron otak selama bermimpi mirip dengan orang dalam keadaan sadar, tetapi tidak ada perilaku dalam mimpi. Hal ini harus disebabkan oleh sistem kimiawi yang kuat. 

Studi neurofisiologis menunjukkan bahwa neuron dengan fungsi belajar cenderung meningkatkan frekuensi tembak saat tidur, namun terdapat juga beberapa hasil eksperimen yang tidak mendukung hipotesis tersebut. 

Misalnya fenomena replay pada jaringan saraf ini sebagian besar terjadi pada saat pergerakan mata tidak cepat. tidur (Non-REM), dan tidak terjadi pada tidur gerakan mata cepat (REM). 

Faktanya adalah mimpi biasanya terjadi selama fase gerakan mata cepat saat tidur. Keraguan lainnya adalah bahwa isi mimpi sepertinya bukan replay dari ingatan, karena adegan dalam mimpi seringkali merupakan adegan yang belum pernah dilihat dalam kehidupan nyata. 

Penelitian perilaku juga membuktikan bahwa mimpi tidak hanya memutar ulang ingatan di otak, atau produk dari integrasi memori, karena seringkali ada celah besar antara pemandangan dalam mimpi dan pemandangan dalam kehidupan nyata. 

Jika adegan mimpi sangat dekat dengan pemandangan sebenarnya, dokter sering menganggapnya sebagai fenomena patologis daripada fisiologis, misalnya, itu mungkin bagian dari sindrom respons stres pasca-trauma.