Lama Baca 3 Menit

Sejarah Ma Huan, Penerjemah Laksamana Cheng Ho

28 March 2023, 07:32 WIB

Sejarah Ma Huan, Penerjemah Laksamana Cheng Ho-Image-1

Beijing, Bolong.id - Pada tahun kesebelas Yongle (1413), Laksamana Zheng He (dipanggil juga Cheng Ho) merekrut pelaut Muslim untuk membantu operasi diplomatik armada di negara-negara Muslim di sepanjang pelayaran. 

Setelah tiga pelayaran, Zheng He bersiap untuk pelayaran keempat dan Ma Huan sebagai penerjemah resmi yang mendampinginya.

Dilansir dari Seetao.com. Sebagai seorang pejabat dari suku Hui, Ma Huan dibesarkan di daerah yang sebelumnya makmur di "Gerbang Islam" di Jiangsu dan Zhejiang. 

Banyak warisan dari "tetua Hui Hui" dari Dinasti Yuan seperti Alodin masih tersisa. Ma Huan fasih berbahasa Persia dan Arab.

Selama tujuh perjalanan Zheng He ke laut, Ma Huan berpartisipasi dalam tiga pelayaran di antaranya: pelayaran keempat, keenam, dan ketujuh. 

Selama dua kali perjalanan melaut pada periode Yongle (keempat dan keenam), Ma Huan melintas dari pantai tenggara Tiongkok hingga ke ujung Jazirah Arab.

Yingya Shenglan merupakan satu dari dua sumber penting Tiongkok yang banyak bercerita tentang Majapahit yang ditulis oleh Ma Huan selaku penerjemah yang mendampingi Cheng Ho. 

Di Jawa (Masa kerajaan Majapahit), Ma Huan menunjukkan bahwa ada tiga golongan penduduk di Jawa: 

Pertama orang Arab atau penganut ajaran Muhammad, Kedua golongan Tangren, dan yang ketiga pribumi yang menganut Hindu-Buddha.

Golongan Arab kegiatannya berdagang dan menetap di Jawa. “Pakaian dan makanan mereka bersih dan bagus”, catat Ma Huan. yang lainnya dari The "Tangs" atau golongan Tangren atau Tenglang yang merujuk pada orang Tionghoa yang umumnya berasal dari Guangdong, Zhangzhou, dan Quanzhou. 

Sebagian besar etnis Tionghoa ini juga mengkonkumsi makanan yang bersih. Kebanyakan dari mereka adalah pengusaha, pedagang dan beberapa dari mereka membentuk kelompok kecil di Kepulauan Melayu: di satu sisi, mereka menang dengan keyakinan agamanya sendiri. 

Dukungan dari pengusaha Muslim lainnya memperluas sumber daya keuangan mereka; di sisi lain, mereka membantu Dinasti Ming di Asia Tenggara melalui ingatan budayanya sendiri.

Golongan ketiga ialah pribumi, menurut deskripsi Ma Huan, golongan pribumi ini sebagai penduduk kotor, jelek dan bertelanjang kaki. “Buku ajaran Budda pernah menyebutkan adanya negeri-negeri setan inilah salah satu wilayahnya”, catat Ma Huan.(*)

Informasi Seputar Tiongkok