Lama Baca 2 Menit

Ritel Farmasi E-commerce di China Tumbuh Pesat

01 December 2021, 17:10 WIB

Ritel Farmasi E-commerce di China Tumbuh Pesat-Image-1

Ritel Farmasi Menembus Pasar E-Commerce - Image from 百度

Beijing, Bolong.id - E-commerce ritel farmasi di Tiongkok, belum sepenuhnya jelas (clear), bagi pihak asuransi. Belum semua pembelian obat dari e-commerce diganti asuransi.

Dilansir dari AI财经社, perkembangan signifikan terjadi sejak 1 Februari 2021. Ada regulasi menetapkan bahwa obat resep yang dikeluarkan oleh rumah sakit digital, dapat diganti oleh asuransi kesehatan. Sedangkan obat resep yang dijual online masih harus diperjelas.

Kondisi ini belum menguntungkan ritel farmasi e-commerce. Kendati e-commerce farmasi kini berkembang pesat.

Laporan keuangan JD Health (anak perusahaan JD Group) 2020 menunjukkan bahwa 86,5% pendapatan JD Health berasal dari ritel farmasi. Kompetitornya, Ali Health malah 97,2%.

Ritel farmasi berbasis -commerce sangat menguntungkan pada tahap awal. Menurut laporan keuangan Ali Health 2020, Ali Health memimpin profitabilitas di bidang kesehatan umum.

Laba bersih Ali Health, 2020, tercatat 436 juta yuan (Rp 971 Miliar). Sedangkan, laba bersih JD Health di tahun yang sama, tercatat 749 juta yuan (Rp 1,6 Triliun) di bawah Standar Pelaporan Keuangan non-Internasional.

WeDoctors, masih merugi. Prospektus menunjukkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, kerugian bersih yang disesuaikan WeDoctor masing-masing adalah 415 juta yuan (Rp 924,6 Miliar), 757 juta yuan (Rp 1,68 Miliar), dan 869 juta yuan (Rp 1,93 Triliun). 

Mengapa WeDoctor masih merugi? Karena investasi besar pada tahap awal.

Menurut data prospektus, dalam tiga tahun terakhir, pengeluaran R&D WeDoctor masing-masing menyumbang 93,4%, 71,3%, dan 18,8% dari total pendapatan, sedangkan pengeluaran R&D JD Health hanya menyumbang 2,7% dan 3,1% dari pendapatan selama periode yang sama. (*)