Beijing, Bolong.id - Naga, makhluk mitos yang muncul dalam legenda selama ribuan tahun, adalah lambang spiritual masyarakat Tiongkok.
Dilansir dari Shanghai Daily Selasa (06/02/24), untuk memperingati Tahun Naga, Museum Shanghai mengadakan pameran "Kerinduan Musim Semi".
Pameran ini memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi delapan peninggalan budaya berbentuk naga yang beragam dari periode berbeda dari Museum Shanghai, Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Liaoning, dan koleksi Museum Xi'an.
“Aksara tulang ramalan naga menggambarkan tanduk naga, dengan mulut besar, tubuh memanjang, dan ekor melengkung,” kata Chu Xiaobo, direktur Museum Shanghai.
“Namun asal usulnya masih sulit dipahami saat ini, dengan banyaknya asumsi yang didasarkan pada reptil, serangga, totem, dan pengamatan astronomi.”
Menurut kitab suci Tiongkok kuno, naga dapat mengubah ukuran dan visibilitasnya sesuka hati, terbang di antara awan pada pertengahan musim semi dan bersembunyi di bawah air selama ekuinoks musim gugur.
Kemampuannya yang kuat dan misterius, khususnya pengendalian hujan, sangat penting bagi budaya agraris. Makhluk yang membawa keberuntungan ini secara historis dikaitkan dengan Timur dan bintang-bintang, dan berfungsi sebagai tanda kekuatan kekaisaran.
Naga juga merupakan contoh luar biasa dari penggabungan agama Buddha dan Taoisme, yang menjadi dasar kepercayaan orang terhadap Raja Naga, yang berlanjut hingga hari ini.
Gambar naga sering kali menggambarkan ular melingkar, buaya yang bermigrasi, atau monster yang berlari kencang, dan keserbagunaannya yang berbeda telah menghasilkan banyak sekali bentuk seni dan interpretasi.
Jadi naga tidak hanya mewakili upaya manusia untuk beradaptasi dan mengubah lingkungan, namun juga perpaduan menakjubkan antara beragam budaya dan seni.
Salah satu pusat pameran adalah "Rantai Perak dengan Kepala Naga Perunggu Berlapis Emas". Karya dari periode Dinasti Tang (618–907) ini ditemukan di Yaodian di Xianyang, Provinsi Shanxi.
Badan rantai kawat perak memiliki kunci berbentuk kepala naga. Kepala naga terbuat dari tembaga dan permukaannya disepuh. Mulutnya dilengkapi gesper kunci melingkar.
Biksu Buddha diharuskan memakai rantai saat berdoa. Keahlian yang bagus dan bahan-bahan yang mahal menunjukkan kemajuan sosio-ekonomi Dinasti Tang serta kemakmuran ekonomi biara-biara Buddha pada periode itu.
Pajangannya juga menampilkan "Cekungan Air dengan Desain Naga" dari akhir Dinasti Zhou Barat (sekitar abad ke-11-770 SM ).(*)
Informasi Seputar Tiongkok.
Advertisement